Sendiri. . . Apa yang kau rasakan saat harus berada seorang diri dalam jangka waktu yang lama???  Bisa dipastikan rasa sepi akan datang menyelusup ke dalam hati. Rasa sepi yang terkadang membuat waktu berjalan begitu lambat. Di saat seperti itu, mungkin kita akan segera mencari seseorang untuk sekedar membantu kita membunuh rasa sepi tersebut. 

Beberapa dari kita membenci sesuatu yang bernama kesendirian. Yap, memangnya siapa yang ingin menghabiskan waktunya seorang diri? Sebagai manusia, tentu kita membutuhkan teman dan keluarga agar bisa mengusir rasa sepi. Tapi, tahukah kau bahwa akan ada saatnya bagi kita berada dalam kesendirian. Kesendirian paling mengerikan yang akan kita rasakan. Percayalah padaku, tak akan ada satupun dari kita yang bisa lari darinya. Kita semua pasti akan merasakannya, cepat atau lambat. 

Tahukah kau kesendirian seperti apa yang ku maksud? Ya, kesendirian yang paling mengerikan itu adalah kesendirian saat kita berada di dalam kubur. Tak ada seorangpun disana. Tidak ada. Kita hanya akan seorang diri berada di tempat sempit yang menyedihkan. Entah bagaimana rasanya menjalani malam pertama di alam kubur seorang diri? Tanpa penerangan dan tanpa kawan. Hanya ada kita dan mungkin sedikit amal baik yang tak sebanding dengan perbuatan buruk yang sudah kita lakukan. Kita hanya bisa berharap amal yang tak seberapa itu bisa menjadi pelita di kubur yang gelap gulita. Berharap amal itu bisa menjadi teman saat kita harus menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir.

Akankah kita bisa bertahan dalam kesendirian yang tak tahu kapan akan berakhir? Bahkan jasad kita saja tak sanggup bertahan. Sedikit demi sedikit habis digerogoti cacing dan lebur bersama tanah. Tapi, kesendirian itu tetap tak berakhir. Waktu berjalan begitu lambat. Sangat lambat. Kita terus bertanya - tanya, kapan sangkakala akan berbunyi agar kita bisa secepatnya keluar dari tempat menyedihkan itu? Terus berharap Malaikat Israfil segera meniup terompetnya? Tapi, tidak. Sangkakala belum juga berbunyi. Kita masih harus berkutat dengan rasa sepi yang tak kunjung usai. Dan aku berani bertaruh, kesendirian di alam kubur jauh lebih mencekam daripada kesendirian saat jodoh tak kunjung datang. 

Kita tahu, kita tidak memiliki apapun saat berada disana selain kain kafan yang melekat, tapi, entah kenapa kita dengan bodohnya tetap tidak melakukan apapun untuk mencari bekal??? Kita diam seolah - olah kita mampu berada seorang diri di dalam perut bumi. Seorang diri dimana tak ada seorangpun yang bisa memberikan kita penghiburan dan pertolongan. Tak ada ayah, ibu dan kekasih tercinta yang akan menemani. Kita terbujur seorang diri. 

Ingat? Hanya kita dan Tuhan. Itupun bila Tuhan tidak meninggalkan kita mengingat begitu banyak dosa yang telah kita lakukan. Ya, kita hanya bisa berharap Tuhan tetap memandang kita dan tak palingkan wajahNya dari kita seperti kita yang selalu palingkan wajah kita dariNya. Berharap Tuhan tidak indahkan jeritan kita seperti saat kita menulikan pendengaran kita akan panggilanNya. Hanya Tuhan satu - satunya pengharapan kita saat kita berada di dalam kubur. Karena tanpaNya, kita akan benar  - benar merasakan kesendirian yang begitu menyedihkan sekaligus mengerikan. Kesendirian dimana tak ada penghibur, pelindung dan penerang. 

Berdoalah, agar Tuhan tidak membiarkan kita seorang diri saat menghadapi MalaikatNya yang menghujani kita dengan pertanyaan. Berharaplah, agar Tuhan memberi kita teman yang bisa melindungi kita saat 99 ekor ular yang masing - masing berkepala 7 datang berkunjung menemui kita??? Kita hanya bisa berharap, semoga tempat peristirahatan terakhir kita nanti bukan berada di tepi neraka dan kita termasuk orang - orang beruntung yang kuburnya dilapangkan. Aamiin. . .

_Cherry Sakura_

Post a Comment