Ketika aku melihat cermin, yang terlihat wajahmu. Ya, wajahmu. Bukan wajahku. Tak bisa ku pungkiri, terkadang aku berpikir ingin menjadi sepertimu. Terbesit sedikit rasa ingin menjadi kamu. Ingin tersenyum seperti senyummu dan ingin bertingkah sepertimu. Ada rasa dimana aku ingin meninggalkan diriku dan sejenak berkelana dalam diri orang lain. Dan orang itu adalah kamu.

Ku mohon jangan marah padaku. Aku tak bermaksud merebut tempatmu atau apapun yang menjadi milikmu. Aku hanya ingin sekedar menikmati dunia melalui sudut pandangmu. Bukan sepertiku yang terlalu asyik dengan duniaku sendiri sehingga ketika ku tersadar, aku baru merasakan kalau aku seorang diri. Selama ini aku berpura - pura menikmati dunia dengan caraku, padahal aku selalu mengintip dan mengamatimu yang terlihat begitu bersinar.

Bisakah aku sepertimu, menjadi kamu hanya dalam sekejap. Mungkin dunia akan menertawakanku jika secara tiba - tiba aku tersenyum pada mereka dan menyapa ramah. Ya Tuhan, itu benar - benar bukan diriku. Aku terlalu angkuh untuk berbaur dan menyapa dunia. Aku selalu menempatkan diriku di ruang sempit dimana orang - orang tak akan bisa melihatku.

Bisakah kamu ajarkan padaku cara tersenyum sepertimu? Ajarkan aku cara untuk menyapa mereka dengan ramah? Terkadang aku mengutuk keangkuhanku sendiri, mencibir egoku. Aku ingin, ketika aku berjalan, mereka juga memperhatikanku, memanggil namaku seperti yang sering ku lihat ketika aku berjalan bersamamu. Melihat bagaimana mereka melihat dan menyapamu.

Ketika aku berjalan bersisian denganmu, ku lihat kamu tersenyum manis. Dimana aku bisa membeli senyum dan keramahan seperti itu? Lagi - lagi ku rutuki diriku yang terlalu dingin dan beku. Aku memang tidak sepopuler dirimu. Entah, apa yang membuatku seperti terikat. Aku ingin sepertimu. Seseorang yang mempunyai begitu banyak pengagum di belakangmu.

Ya Tuhan, tak bisakah Engkau jadikan aku seperti dia yang aku lihat. Begitu bersinar dan penuh dengan warna yang begitu semarak. Aku juga ingin menjadi ratu atau dewi. Aku tak ingin menjadi seseorang yang tak terlihat. Bahkan, Cinderella yang penuh dengan debupun bisa berjumpa dengan pangerannya. Tak bisakah aku seperti itu?

Aku selalu tersenyum dihadapanmu, tapi, disaat itu hatiku terasa sedikit pedih. Aku ingin sepertimu. Aku lelah dengan diriku yang bahkan untuk berjalan saja, penuh dengan pertimbangan ini dan itu. Aku lelah dengan diriku yang selalu penuh dengan perhitungan. Aku ingin sesuatu yang sempurna, padahal aku tahu aku sendiripun jauh dari sempurna. Aku ingin bertemu dengan seseorang yang sempurna, padahal aku sadar kalau di dunia seperti ini tak akan dan tak pernah ada sosok pangeran yang aku impikan.

Sekali lagi, aku ingin sepertimu karena pada penglihatanku, kau adalah ratu yang dikelilingi begitu banyak pangeran. Yang dikelilingi dengan begitu banyak cinta. Kamu begitu mudah menarik simpati mereka, begitu mudah untuk terkenal. Begitu mudah untuk dikagumi. Begitu mudah untuk dicintai. Ah, lagi - lagi aku ingin menangis saat membandingkan dirimu denganku. Aku seperti batu yang tertimbun dalam gundukan pasir sungai berair keruh. Begitu tak terlihat.

Aku kembali melihat cermin. Lagi - lagi bukan wajahku yang terlihat, bukan juga wajahmu, melainkan wajah dia. Dia memang tidak sepertimu yang begitu mencolok dan bersinar terang. Dia sederhana dan sinarnya redub, namun indah. Tidak terlalu menyilaukan mata. Aku suka dia. Dan lagi - lagi memaksa diriku agar bisa menjadi sepertinya.

Dalam kesederhanaannya, dia terlihat begitu anggun. Tidak meledak - ledak seperti orang lain yang akan memuntahkan segala amarahnya dalam sekejap mata seperti gunung meletus. Aku suka dia karena dia rapi. Sangat rapi. Aku pun berusaha mencoba menjadi seseorang yang memperhatikan kebersihan dan kerapian. Bukan berarti sebelumnya aku jorok, tapi, aku ingin menjadi seseorang yang rapi dan teratur seperti dia.

Tapi, kenapa menjadi seperti diapun begitu sulit? Aku tak bisa sepertimu, bahkan memaksakan diri sepertinya pun aku tak bisa. Aku justru merasa lelah. Kalau aku tak bisa menjadi sosok ratu sepertimu, paling tidak aku bisa sepertinya yang bersinar dalam kesederhanaannya. Seberapa keras aku membuat sekelilingku agar terlihat rapi dan indah, tapi, kenapa tetap saja dipenglihatanku apa yang ku lakukan tak seindah dan serapi apa yang dia kerjakan.

Ini benar - benar membuatku frustasi. Aku tak bisa tampil mencolok sepertimu dan juga tak bisa serapi dia. Apa yang harus aku lakukan? Aku kembali melihat cermin. Aku masih belum puas dengan diriku. Wajahku masih terlihat samar. Aku masih bisa melihat wajah orang lain. Wajah seseorang yang juga terlihat bersinar di mataku. Hati kecilku kembali bersorak, aku ingin seperti dia. Andai aku adalah dia.

Orang ini tidak secantik kamu dan serapi dia. Dia tidak pernah memakai lipstick atau semacamnya. Tapi, yang harus aku akui dia pintar dan penuh dengan keberuntungan. Dia bukanlah orang yang sabar, cenderung suka meledak - ledak. Dia akan katakan apa yang dia mau dan butuhkan. Dia akan katakan kalau dia tak suka. Itulah yang membuatku kagum padanya. Pintar, blak - blakan dan tentu saja ada serentetan pengagum dibelakangnya.

Memang melelahkan terus - terusan berkaca pada orang lain. Aku lelah bercermin pada mereka. Bagaimanapun aku memaksa diriku, berusaha keras menjadi atau hanya sekedar meniru mereka, aku tak akan bisa karena memang aku bukanlah mereka. Aku dilahirkan untuk tetap menjadi aku. Aku bukan tipe ratu, bukan si rapi, si blak - blakan dan si pintar.

Memandang wajah - wajah orang lain, melihat cara mereka dalam menjalani hidup sungguh melelahkan. Aku tahu, seharusnya aku berhenti bercermin pada orang lain. Aku tahu, sangat tahu, tidak akan ada yang namanya kepuasan bila aku terus bercermin pada mereka. Aku tidak akan bisa menemukan jati diriku, tidak akan bisa melihat wajahku sendiri. Sudah saatnya untukku memakai cerminku sendiri agar aku bisa berkenalan dengan diriku dan juga hatiku.

Aku ingin berhenti memaksa diriku berubah menjadi orang lain. Bukan saatnya untuk menjadi orang lain, karena Tuhan menciptakanku bukan untuk itu. Aku adalah aku. Aku yang memiliki keberuntunganku sendiri, aku yang akan bahagia dengan jalan hidup dan pilihanku sendiri. Wahai diriku, siapapun dirimu, aku sangat ingin bisa melihat wajahmu di cermin yang saat ini sedang ku pegang? Bersediakah kau berkenalan denganku agar kita berdua bisa saling mengenal dan bersyukur karena telah terlahir sebagai diri kita sendiri dan bukan sebagai mereka?

_Cherry Sakura_

Post a Comment