안녕하세요


Apakah kalian tahu kenyataan mengejutkan lainnya tentang Korea selain angka bunuh diri yang tinggi? Penduduk di Korea disebut dalam keadaan 'krisis'. Bukan krisis uang atau krisis SDM, tapi krisis jumlah. Hah? Kok bisa? Apa karena banyak yang bunuh diri? Hmm.. sebenarnya nggak ada 'kabar resminya' tapi menurut aku nih ada pengaruhnya karena angka pernikahan si Korea pun rendah! Heh ~ kok bisa?

Kita biasa mengenal Korea sebagai negara yang memproduksi drama cinta romantis yang bikin baper dan bikin ngayal tingkat dewa. Bahkan bikin cewek Indonesia histeris teriak oppa oppa.. memimpikan lelaki Korea supaya hidupnya sempurna bak drama. Tapi silahkan jatuhkan kaleng khong guan, karena kalian harus memecahkan fantasi kalian. Mungkin anda sudah bosan dengan kata 'hidup nggak seindah drama korea', bahkan yang main drama pun hidupnya nggak seindah itu, bahkan kisah cintanya bisa jadi hanya abu-abu atau sama sekali tak ada.

Drama hanya lah drama. Karena kenyataan tidak semanis khayalan, makanya mereka berusaha menghidupkan khayalan itu meski hanya menjadi sebuah drama.
Pernikahan di Korea tidak terjadi semudah di drama hanya jika menuntaskan beberapa perkara seperti cinta bertepuk sebelah tangan, orang ketiga dan penentangan orang tua karena perbedaan strata dan harta. 

Cinta bersambut, orang ketiga enyah, orang tuapun luluh kemudian di end... nikah.

Hmm tak begitu adanya.

Kenyataannya orang Korea yang saling cinta, udah pacaran kesana kemari, nggak ada yang menentang, nggak ada kucing garong eh maksudnya orang ketiga pun, tetap saja nggak menikah.
Bahkan ada yang secara frontal mengproklamasikan diri nggak akan nikah.

Kalau orang Indo mah udah ketok-ketok kepala sambil bilang 'amit-amit dah jadi perjaka/perawan tua'

Selama aku di Korea pun juarang banget lihat orang lagi siap-siap menikah kek, kondangan kek, coba di Indonesia, dangdutan pernikahan berkumandang dan bersahut-sahutan begitu sering. Wkwkwk

Kalau nggak gitu banyak juga terlihat pasangan yang sudah cukup berumur, mungkin seharusnya usia anaknya sudah SMP SMA tapi ini anaknya masih balita, alias telat nikah. Kenapa begitu??

 

Meski ini nggak bisa di gebyah uyah (disama ratakan) tapi rata-rata orang Indonesia dan Korea masing-masing punya karakteristik seperti dibawah. Saya menemukan perbedaan secara signifikan mengenai perbedaan pandangan antara orang Korea dan orang Indonesia tentang menikah, apa saja?

Kalau ngomongin nikah..

1. Orang Korea = Takut, Orang Indonesia = Indah. 

Maksudnya? Jadi kalau udah ngomongin pernikahan tuh yang dipikirin orang Korea yang serem-seremnya dulu, nikah nggak gampang, gimana sama keperluan sehari-hari yang mahal, gimana menghadapi watak pasangan, mengurus anak, dll. 

Sampai ada di satu reality show Korea, ada artis-artis muda yang mengunjungi rumah artis senior sudah menikah dan mereka mengamati kehidupan disana. Setelah melihat pasangan yang sudah menikah tersebut para artis single pun bicara, "Oh... ternyata menikah itu nggak seburuk yang aku kira ya..."

Hmm, jadi bagi orang Korea nikah itu bukan hal yang bagus-bagus banget ya bahkan kelihat buruk, wkwk.

Sementara orang Indonesia yang biasanya sih yang dipikirin yang indah-indah dulu, sebenarnya kalau dipikir-pikir pasangan di Indo nggak kalah lovey dovey bikin merinding sih, kemudian pas nikah udah kayak belonging everything gitu (kelihatannya gitu, maklum belum pernah nikah, wkwk*bukan iri atau nyinyir). Padahal banyak rintangan dan kesulitan juga dalam pernikahan, makanya pas jalani ada shock-shock yang bikin banyak yang bubar juga. Misal pasangan muda, yang kurang perhitungan tapi sudah di mabuk asmara, cepet mutusin nikah padahal cowoknya masih kurang dewasa, nggak tanggung jawablah, yang cewek banyak mau lah, ribut akhirnya lu gue end


2. Orang Korea = Masih kurang mapan, Orang Indonesia = Mapan urusan nanti.

Ini juga jadi perbedaan yang cukup ketara tentang bagaimana orang Indonesia dan orang Korea memaknai sebuah pernikahan. Yang lucu nih ya, kayak kebalik gitu loh. 

Orang Korea udah bisa jalan keluar negeri, hape iPhone terbaru, laptop Mac, kerjaan tetap ada, rumahpun ada dan bagus (meski entah nyewa atau beli), bilangnya belum mampu.

Sementara orang Indonesia yang gajinya di bawah UMR, nyewa tempat tinggal cuma kamar sepetak (ngekos pula), tapi tetap saja orang yang seperti itu banyak yang sudah menikah.

Meski tetap saja, banyak juga di Indonesia banyak yang ribet masalah bibit bobot bebet, tapi menurutku nggak se ekstrim di Korea. Tahu sendiri lah ya, angka kesejahteraan di Korea itu tinggi dan lumayan merata jadi menurutku orang Korea ini udah mampu menikah, tapi mereka kesannya harus konglomerat dulu baru bisa nikah gitu... Kalau kaya nya nggak banget, susah memutuskan menikah. Huffft.
3. Orang Korea = Untuk apa menikah? Orang Indonesia = Menikah untuk ibadah.

Ini juga hal yang di sayangkan, bukannya mau mencela kepercayaan dan kebudayaan orang lain. Saya nggak tahu apa pernikahan bagi mereka, tapi beberapa yang aku lihat dari teman-temanku sendiri maupun artis Korea aku menyimpulkan bahwa pernikahan untuk bukan sesuatu yang harus dilakukan selama kita bisa mengandalkan diri sendiri. 

Mungkin pernikahan bagi mereka adalah dua orang yang memang secara utuh saling mencintai dan menggantungkan diri satu sama lain, sementara orang-orang berjiwa mandiri tidak seberapa menganggap pernikahan penting dan tidak tahu kenapa pernikahan harus dilakukan. 

Seperti kata seorang member boyband Korea, "Aku akan cari tahu apakah nilai dari sebuah pernikahan, dan kalau aku masih belum menemukannya setelah usiaku tiga puluh tahun, mungkin bisa jadi aku tak akan menikah..."

Jdaaaar ~ dan memang member boyband ini terkenal dengan imagenya yang 'tidak mengenal wanita' karena sejak kecil sudah menjadi artis, sudah begitu seiring berjalannya waktu dia makin terkenal dan makin 'tenggelam' dengan karirnya, jadi mungkin sudah tak ada hati mengenai hal-hal berbau 'romansa'. 사랑 세포 죽었다 yang artinya sel cintanya sedang mati, mati rasa soal hal-hal macam itu

Sebenarnyaaaa....

Sedikit curcol, akupun tipe orang yang separuh kayak mereka yang punya perasaan kayak antara iya nggak sama pernikahan karena aku juga orangnya susah jatuh cinta dan sangat introvert jadi susah ketemu orang, takut sama cowok (takut disakiti). Suka asyik sendiri dan nyaman sendiri.
Bahkan dulu pas SMA, pas aku masih belum 'belajar' agama aku pernah bilang senada sama orang-orang Korea kebanyakan, "Kalau ketemu cowok baik, aku nikah, kalau nggak, ya nggak juga nggak apa-apa..." gleeekkk...

Tapi karena aku muslim, dan aku belajar, aku tahu makna sebuah pernikahan adalah ibadah.
Aku menyadari dan kalaupun sekarang aku berpikir tentang pernikahan, bukan karena aku sangat ingin menikah, tapi karena HARUS menikah.

Akupun merasakan bahwa meski sendiri itu nyaman, tapi nggak ada tantangannya dan kadang membosankan.

Seperti kata lirik lagu, "Berdua lebih baik."

Tanpa pernikahan, apa-apa sendiri, ngapain aja bebas, nggak berat, karena aku sudah biasa dan terlalu tegar (bahaha) tapi kayak nggak seru aja kadang sih.
Kalau nikah, ada tanggung jawab yang di emban, sementara dalam Islam karena pernikahan itu adalah sebuah ibadah, maka apapun yang kita usahakan dalam pernikahan itu bernilai ibadah dan pahala. 

Istri taat ke suami, ibadah.
Suami sayang dan mengayomi istri juga ibadah.
Kalau berantem juga ada ilmunya dalam Islam, bagaimana menyelesaikan secara damai. 
Dan semacamnya..
Jadi mau nggak mau menikah karena ibadah memang terkesan indah kan?

Udah gitu dalam Islam, menikah itu menyempurnakan separuh agama... 
Kalau belum nikah macam aku, agamanya separuhnya masih bolooong... huhuhu.

Kenapa menikah ambil porsi cukup besar dalam Islam?
Nilainya aja seumur hidup, dan serba-serbi dalam pernikahan kan berbagai macam, susah sedih. Ringan dan berat, semua pengorbanan, keikhlasan dan tanggung jawab nggak mudah, semua bernilai berkah. 

Beda sama kita yang masih single masih bebas masih ber haha hihi... beda kan? Trelihat mana yang lebih berat namun berkah? Hmmm...

Aku ngerti sih teorinya tapi kalau untuk maju soal nikah aku juga masih samar-samar. (아득하고 아스라이) Mungkin karena emang belum ketemu sih yaa... It's okay, jodoh pasti bertemu.

Nah, tentang pandangan seperti inikan di Korea mungkin nggak ada, jadi mereka bisa dengan entengnya mengatakan bahwa mereka nggak akan menikah.

Fakta lain yang membuat orang Korea sulit untuk memutuskan menikah.

1. Wanita Korea merasa bisa memenuhi  kebutuhan sendiri

Beberapa perempuan di Korea yang sudah mendapatkan kerjaan yang mapan, berpikir bahwa tidak perlu repot-repot menikah dan mengurs laki-laki karena dia sudah bisa cari uang sendiri. 
Emangnya satu-satunya peran laki-laki dalam pernikahan hanya sebagai mesin ATM kah? wkwkwk










2.Wanita takut dengan perubahan laki-laki

Bukan berubah jadi power rangers (garing) tapi sebenarnya sudah jadi rahasia umum bahwa laki-laki Korea akan berubah drastis setelah beberapa tahun pernikahan berjalan. Jika awalnya dia adalah lelaki yang baik dan ber-manner kalau sudah menikah dia akan berubah menjadi ajossi menyebalkan, dingin dan sesuka hati(katanya). 

Bahkan ada yang bilang kalau cowok Korea itu baik untuk di pacari saja tapi tidak untuk di nikahi. (kkk, sedih, nggak semua lah... ini katanya saja kok ya) 

Karena sebaliknya beberapa laki-laki Korea bilang kalau cewek Korea lebih galak dari cowok. Dan menurutku kadang emang cewek Korea lebih serem. Bahahaha... emang lah Men from Mars, Women from Venus. Semua hanya bisa di nilai secara subjektif sih...

3. Biaya pernikahan yang mahal.

Ini bukan mengenai biaya resepsi pernikahan, tapi biaya untuk kehidupan setelah pernikahan yang di bebankan masing-masing pada laki-laki dan perempuan. 

Apa saja?

Laki-laki yang membeli rumah, mmm.. tahu lah ya rumah di Korea (yang rata-rata di apartment) harganya emeeejiiing.
Kemudian Perempuan yang membeli furniture/ isi rumah yang katanya kalau di rupiahkan perlu sekitar 800 juta. 

Buhset, kalau orang Indonesia yang menengah aja lah, dikasih syarat kayak gitu mungkin umur 60 tahun baru nikah. wakakakaka... 

4. Biaya perawatan anak yang mahal

Ini juga sepaket sih sama yang diatas, biaya yang langsung terbayang oleh orang Korea kalau membicarakan soal pernikahan.

Mereka takut punya anak karena biaya sangat besar. Soal pendidikan dll nya. Katanya anak sekolah di Korea itu nggak cukup cuma sekolah dan les pelajaran aja, tapi kudu kursus untuk kemahiran lain seperti les piano, balet, bahkan ski, yang paling nggak ada 5 kursus diluar pelajaran aja. Nah, les macam itu kan mahal banget. Ada kekhawatiran bagi beberapa orang Korea untuk membesarkan anak. 

***

Jadi seperti itulah culture shock lain yang saya lihat di Korea, tapi kita harus melihat dengan kacamata bijak agar tidak terkesan ada yang merasa lebih tinggi dan rendah. Perbedaan pandangan akan terjadi dimana-mana, dan ini buat kita sekedar tahu dan jadi pembelajaran saja. 

Ingat semua nggak bisa di gebyah uyah ya... 

Sekian, mungkin akan ada ulasan lain mengenai bahasan satu tema di postingan lainnya.

또 봐요 ~~

Post a Comment