CINTA SEJATI YANG KALAH

Devdas, film Bollywood satu ini merupakan salah satu film Shahrukh Khan yang paling memorable dengan kisah cinta yang tragis. Ya, akhir dari kisah cinta Dev dan Paro jauh dari ekspetasi para pecinta film Bollywood dimana biasanya para karakter utama akan bersama dan bahagia di akhir cerita. 

Devdas dan Paro memang karakter utama dalam kisah cinta ini, tapi, mereka bukanlah dua karakter utama yang dijanjikan akan hidup bahagia berdua. Mereka saling mencintai, tapi, mereka adalah pecinta yang harus terluka karena rasa cinta mereka sendiri. Pecinta yang kalah.

Bicara tentang kisah cinta Dev dan Paro membuatku teringat dengan Bajirao dan Mastani. Kebetulan kedua film ini disutradarai oleh orang yang sama yaitu Sanjay Leela Bhansali dimana kisah cintanya sama - sama berakhir tragis. Pecinta yang pada akhirnya menderita bahkan mati karena rasa cintanya itu sendiri.

Sama seperti Bajirao dan Mastani, ada banyak perbedaan dan batas - batas yang juga menghalangi cinta Devdas dan Paro. Salah satunya adalah perbedaan status sosial antara Devdas dan Paro dimana Devdas berasal dari keluarga berada sedangkan Paro hanyalah orang biasa. Perbedaan status sosial memang bukan perkara remeh di India mengingat adanya sistem kasta yang masih sangat kuat mengurat akar.

Berbeda dengan Bajirao Mastani yang cenderung memaksakan agar mereka bisa bersama meski agama dan status sebenarnya melarang (Bajirao dan Mastani berbeda agama ditambah lagi Bajirao seorang laki - laki beristri), Devdas justru lebih apatis dalam hubungan percintaannya dengan Paro.

Devdas terlalu takut dalam mengambil keputusan. Ia tak bisa memilih antara Paro atau keluarganya. Dev tentu ingin bersama Paro, tapi, Dev juga tak bisa melanggar perkataan ibunya. Sikap Devdas tentu saja membuat Paro kecewa. Jangankan Paro, aku selaku penonton juga kecewa dengan sikap pengecut Devdas. 

Bukan berarti aku ingin Devdas membangkang keluarga terutama ibunya, bagaimana pun ibu adalah orang paling berjasa yang keberadaannya tak bisa diacuhkan begitu saja, tapi, yang sebenarnya ingin ku lihat adalah perjuangan Devdas untuk cintanya. Sedikit saja perjuangan agar cintanya tidak kalah begitu saja. Mungkin itulah yang juga diinginkan oleh Paro. Dev bisa melakukan sesuatu agar mereka bisa bersama. Bukankah Paro sendiri rela untuk kawin lari bersama dengan Devdas? Paro dan keluarganya bahkan merendahkan harga diri mereka di hadapan keluarga Dev. 

Paro sudah melakukan apa yang bisa dilakukannya. Tapi, Paro hanyalah seorang wanita biasa. Apa yang bisa diperbuat seorang wanita jika si pria justru bersikap pasif tak melakukan apa - apa? Tentu saja Paro sangat kecewa. Bahkan ketika Paro akhirnya dinikahkan dengan orang lain, Devdas masih tidak berbuat apa - apa. Tak ada satupun yang dilakukan Devdas selain menjadi pengangkat tandu pengantin Paro. Mengantarkan wanita yang dicintainya untuk menjadi istri laki - laki lain.

Keduanya memutuskan hidup masing - masing tanpa harus bersama satu sama lain. Itu pilihan mereka. Seharusnya Devdas dan Paro bisa memulai hidup baru dengan lebih baik sesuai dengan pilihan mereka. Paro bersama dengan keluarga barunya dan Devdas dengan kesendiriannya. Seharusnya mereka bisa belajar untuk saling melupakan, tapi, nyatanya baik Devdas maupun Paro tidak ada yang bisa move on.

Devdas dan Paro masih sama - sama terbelenggu dalam rasa cinta mereka. Mereka tidak bisa mencintai orang lain lagi. Paro masih setia menyalakan lilin sebagai simbol cintanya untuk Devdas sedangkan Dev justru semakin terpuruk. Hidup Dev hancur sehancur - hancurnya sehingga membuat Dev terjerumus dalam minuman keras dan wanita penggoda.

Sebenarnya apa yang salah dengan kisah cinta Devdas dan Paro? Mereka saling menunggu satu sama lain. Mereka tak bisa jatuh cinta pada siapapun. Rasa cinta mereka tetap terjaga, tak pernah terbagi untuk orang lain. Bukankah cinta mereka sejati, tapi, kenapa mereka bisa kalah? Apa karena keputusan mereka yang memilih untuk menyerah yang akhirnya mengantarkan mereka pada derita?

Cinta, tak selamanya membuat bahagia, tak selamanya juga membawa derita. Seperti yang pernah ku katakan, cinta itu punya banyak sisi. Jika kita tidak berhati - hati, cinta itu bisa melukai bahkan membunuh. Banyak yang mengatakan cinta itu buta, karena itu berhati - hatilah memperlakukan cinta karena salah langkah sedikit saja cinta itu akan jadi sumber petaka.

Cinta memang tidak bisa dipaksa. Jika kau terlalu memaksakan cinta, mungkin nasibmu akan seperti Bajirao dan Mastani karena cinta yang terlalu memaksa hanya akan melukai banyak pihak. Dalam cinta pasti akan ada pengorbanan, tapi, jika yang dikorbankan terlalu banyak maka berhentilah. Ingat bagaimana nasib si Putri Duyung? Terlalu banyak yang dikorbankan hingga akhirnya dirinya sendiri yang terluka bahkan menghilang.

Tapi, cinta juga tak bisa didiamkan begitu saja. Cinta yang tak diperjuangkan hanya akan sia - sia. Jangan bersikap seperti Devdas. Mencintai, tapi, takut untuk berjuang. Jika sedari awal kau memilih untuk tak berbuat apa - apa dan menyerah, maka yang harus kau lakukan setelah itu adalah move on. Jangan hanya diam di tempat karena cintamu tak akan kembali hanya dengan kau berdiam diri. Ingat, cinta sejati sekalipun akan kalah jika tidak diperjuangkan.

Ah, cinta memang sangat rumit, bukan? Memaksakan cinta, berkorban untuk cinta ataupun menyerah atas nama cinta, jika tidak berhati - hati kau akan mati karenanya. Karena itu, ketika aku, kau atau siapapun jatuh cinta berdoalah agar cinta tidak membutakan mata hati kita. Agar cinta tidak mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih buruk.

_Cherry Sakura_


Post a Comment