CHARA!!!
Sakura Beccafumi
Reoka Kawamoto
Aoi Hazuki
Rokuna Nakayama
Aisi Yoshimoto
Rintama Kitaoka
Rion Seiryu
Olga Yamada
Usagi

HELL BOY

*Vermilion School*
Sakura : “😢 Yaaah, Olga! Kita tidak satu kelas. . .” (Kecewa)
Olga : “Caku, bagaimana ini? Padahal, hanya kamu saja yang aku kenal di sini!"
Sakura : “Tenang saja! ☺️ Tidak akan terjadi apa - apa. Ayo, kita berusaha bersama!”

*Beberapa hari kemudian*
Sakura : “Eh? (Melihat Olga dikelilingi beberapa orang) Olga?”
Olga : (Menunduk dengan raut wajah yang ketakutan)
Reoka : “Sudah kubilang, kan, kalau aku tidak mau meminum minuman ini!” (Menyiram Olga dengan minuman kaleng yang sedang dipegang)
Aoi : “Reo, setahuku kita tidak harus sampai benar – benar menyiramnya, kan?” (Menyenggol bahu Reoka)
Reoka : “Kamu ini apa – apaan? Ceritanya memang seperti ini,kok! Aku hanya ingin lebih mendalami karakterku. . .”
Sakura : “Olga!” (Mau mendatangi Olga)
Usagi : “Sakura, jangan! (Memegang tangan Sakura) Reoka Kawamoto, dia adalah salah satu orang terkaya di sekolah ini. Dia bisa berbuat seenaknya karena guru – guru tidak ada yang berani menegurnya! Kalau sudah dia incar, kita tidak akan bisa bersekolah di sini lagi. . .”
Sakura : “Tapi?”
Olga : “!!! (Melihat Sakura) Sakura?”
Usagi : “Gawat! Ayo, pergi!” (Menarik Sakura menjauh)
Sakura : “. . . . . .”
Olga : (Tatapan mata berubah kosong melihat kepergian Sakura)

*Kelas 3 Mawar Merah*
Reoka : “Cih, tidak menarik! Dia tidak mau datang ke sekolah lagi!” (Duduk di kursi dengan kaki di atas meja)
Aoi : “Kamu keterlaluan, sich! Dia pasti benar – benar jatuh sakit gara – gara kemaren kamu menyiramnya dengan jus mengkudu. Memangnya kamu tidak mencium baunya busuk begitu?” (Melirik ke arah Reoka)
Reoka : “Habis, dia bodoh dan suram, sich! Dia juga tidak mau membalas. . .
Aoi : “Bagaimana dia mau membalas kalau kita mengeroyoknya seperti itu? Sebagai laki – laki, aku malu!”
Reoka : “💢Aoi, kenapa dari tadi kamu membantah kata – kataku? (Kesal) Kalau kamu tidak setuju dengan tindakanku, kenapa kamu berada dipihakku?”
Aoi : “Mau bagaimana lagi? (Mengangkat bahu) Sepupu bodohku itu yang menyuruhku untuk menjadi temanmu. . .”
Reoka : “Jadi, kamu terpaksa?” (Mendelik ke arah Aoi)
Aoi : “Aku tidak suka membully orang lain. Itu bukan hobby-ku. Seharusnya Ribent yang menjadi komplotanmu. . .”
Reoka : “😲 Kamu ingin aku mati? (Bergidik seram) Mana mungkin aku menjadikan Ribent sebagai anak buahku? 😰 Dia seram kayak begitu. . .”
Aoi : “Hhh. Harus berapa lama lagi aku melakukan hal bodoh seperti ini?”
Reoka : “Aku bosan! Apa tidak ada hal menarik yang bisa kita lakukan?”
Rokuna : “Oh ya, apa kalian tahu soal anak Genbu School yang meminta tolong pada cowok neraka?”
Aisi : “Memangnya kenapa?”
Rokuna : “Katanya cowok itu benar – benar keren, lho!”
Reoka : “Benarkah?”
Rokuna : “Mau coba panggil?”
Reoka : “Keren, ya? (Seperti memikirkan sesuatu) 💢APA GUNANYA KALAU DIA BENAR – BENAR KEREN??? (Membentak) Kamu kira aku homo. Bukankah seharusnya yang kita panggil ‘Gadis Neraka’? Cih, lebih baik kita panggil ‘Gadis Neraka’ saja. Yang ku dengar dia sangat cantik!”
Aoi : “Jangan memasang wajah mesum seperti itu, Reo! Lagipula, sepupu bodohku itu sama sekali tidak mengharapkan penampakan ‘Gadis Neraka’ yang cantik. . .
Reoka : “Ikh! (Wajah tidak ikhlas) Ya sudah kalau begitu. . .”

*Kelas 1 Raflesia*
Sakura : (Duduk di kursi dengan ekspresi murung)
👻 *Hyuuuuush* (Roh – roh berkeliaran di sekitar Sakura)
Usagi : “Sa. . . Sakura?” (Menepuk bahu Sakura)
Sakura : “Ng? (Mengangkat wajah) 😱Uwaaaa, kenapa keadaan kelas kita jadi suram begini? Penglihatan Caku memburuk!”
Usagi : “Sakura. Ng. . . Kamu dipanggil anak kelas 3 Mawar Merah!”
Sakura : 🤠 *Sriiiing* (Wajah berbinar – binar) “Apakah kak Azuka yang mencari Caku? Bagus, akhirnya dia merindukan Caku!” (Sibuk memakai bedak)
Usagi : “Kamu lupa dengan jalan ceritanya, ya? Bukan kak Kamoshita yang mencarimu, tapi, kak Kawamoto!”
Sakura : 😨 *Phaaats* (Tatapan mata berubah kosong)
*Praaak* (Menjatuhkan bedak ke lantai)

*Belakang Gedung Vermilion School*
Reoka : “Kamu sahabat dari anak yang tidak mau datang ke sekolah itu, kan?”
Sakura : “Olga tidak mau datang ke sekolah lagi gara – gara kalian! Dasar tukang bully tidak punya perasaan. Kalian sudah melukai dan memandang rendah manusia! Jiwa kalian terkena karma dan tenggelam dalam dosa. . .” (Menunjuk Reoka dan kawan – kawan)
Aoi : “Lho?” (Muka bingung)
Reoka : “Kenapa jadi kamu yang mengucapkan kata – kata itu?”
Sakura : “Eh? 😌 Benar juga. Kenapa jadi Caku yang mengucapkan kata - kata itu? 😅 Caku terlalu bersemangat (Tersenyum) Maafkan Caku!” (Membungkuk)
*Grep* (Tangan tiba – tiba dipegang Rokuna dan Aisi)
Sakura : “Kalian mau apa?” (Kaget)
Reoka : “Kamu kesepian karena tidak punya teman, kan?” (Tersenyum sinis sembari membuka tutup spidol)
Sakura : “!!!”
Reoka : “Mulai hari ini kami akan mengajakmu bermain!” (Mengarahkan spidol ke wajah Sakura)
Sakura : “Ti. . . 😫 TIDAAAAAK!!! Itu bukan spidol permanen, kan?”
Reoka : “Eh? Iya. Dicuci dengan air bisa langsung bersih, kok! Jadi, kamu tenang saja!”
Sakura : “Jahaaaaat!!!! 😭 Kalian tidak benar – benar serius membully Caku. Seharusnya kalian pakai spidol permanen supaya lebih dramatis dan Caku terlihat seperti orang yang teraniaya. . .”
Aoi : “Kalau pakai yang tahan air, susah membersihkannya, lho! Ķamu lupa kalau kulitmu itu sensitif?"
Aisi : “Atau mau coba pakai lipstick saja? Ini lebih lembut di kulit wajah. . .” (Memegang lipstick)
Rokuna : “Pakai mascara yang waterproof mungkin bisa?”
Sakura : “😢 Uch. . .”

*Kediaman Seiryu*
*Clek* (Pintu Terbuka)
Rintama : “Hm. Kamu sudah pulang?”
Sakura : *Drap drap drap* (Langsung lari masuk kamar)
*Blaaam*
Sakura : “Uch! (Menutup wajah) Huweeee. Dasar tukang bully amatir! Mereka sama sekali tidak mau mencoret wajah Caku. Caku merasa terhina! Huhuhuhu”

*Pagi*
*Vermilion School*
Reoka : “Oi, apa ini?” (Memegang roti)
Sakura : “😯 Lho. . . Caku beli sesuai dengan perintahmu, kan?”
Aoi : “Kamu lupa, ya? Reoka menyuruhmu untuk membeli Bruschetta. . .”
Sakura : “😓 Brus. . . (Melongo) Cheddar?”
Aoi : “Reo. . . (Melihat ke arah Reo) Kan, tadi aku sudah menyuruhmu untuk mencatat baik – baik apa yang jadi pesananmu! Kenapa tidak kamu lakukan?”
Reoka : “Lho. . . Untuk apa aku repot – repot menulis pesananku?”
Aoi : “Karena pesananmu itu susah untuk disebutkan!”
Reoka : “Ikh, apa gunanya kita menjadi tukang bully kalau kita memberinya kertas pesanan baik – baik? Aku tidak butuh ini!” (Membuang roti)
Aisi : “Aduh, sayang sekali. . .”
Reoka : “Rotinya jatuh gara – gara kamu. Ayo, makan. . ." (Tiba – tiba mendorong Sakura dengan kasar)
Sakura : “Ach!”
Reoka : “Makan!!!” 
*Paak* (Kepala dipukul)
Reoka : “Aduh! (Memegang kepala yang dipukul) 💢Kenapa kamu memukul kepalaku, Aoi?” (Menatap kesal ke arah Aoi)
Aoi : “Tidak perlu mendorongnya sekeras itu, kan? Rotinya juga jangan dibuang seperti itu, Reo. Kalau dia sakit perut karena makan roti yang dibuang bagaimana? Kamu mau tanggung jawab?”
Reoka : “Kenapa kamu terus membelanyaaaa?”
Sakura : “Graup!!!”
Ao+Ai+Re+Ro  : “Eh?” (Melengah ke arah Sakura)
Aisi : “😨 Hyaaaa (Kaget sekaligus panic) Dia benar – benar memakannya?”
Aoi : “Roti rasa apa itu?” (Panik)
Rokuna : “Gawaaat. . . (Memegang bungkus roti dengan ekspresi horror) Roti rasa melon!”
Aoi : “Apaaaa? (Makin panik) Hentikan dia!!!! Dia alergi buah melon. . .”
Sakura : “Glukh!”
Ao+Ai+Ro+Re : “Habis?” (Menatap horror)

*UKS*
Sakura : “😭 Huweeeee, perut Caku sakit sekali! Mereka benar – benar tukang bully. Tega – teganya memberi Caku roti melon yang sama sekali tidak bisa Caku makan!" (Berguling – guling di atas ranjang)
Aoi : “😦 Kamu sendiri yang membeli dan memakan habis roti itu, Sakura!” (Menatap frustasi)
Rintama : “Ck!” (Menahan amarah)
Reoka : “Hieeee. . . (Mendadak membungkuk) Maafkan kami!”
Aisi + Rokuna : “Kami benar – benar minta maaf, Kitaoka-San!” (Menunduk)
Rintama : *Jiiit* (Menatap tajam Aoi)
Aoi : “😧 Kenapa menatapku seperti itu? Walaupun aku memasang ekspresi bersalah seperti ini, tapi, bukan aku yang menyuruhnya untuk makan roti melon?”
Rintama : “Kamu. . ." (Melihat ke arah Sakura)
*Ting* (Sakura sudah tidak ada di tempat)
Rintama : 💢*Ctik* (Semakin kesal)
Aoi : “Errr. . . Rintama, kamu harus berjanji tidak akan memarahinya! Dia pasti akan pulang dengan senang hati kalau kamu tidak memarahinya perkara makan roti melon. . .”
Rintama : “Cari dia sampai ketemu!” (Menatap dingin dan sinis)
Ao+Re+Ai+Ro : “Ba. . . Baik!” (Mendadak membeku)
Rintama : “Cih!” (Pergi)
Reoka : “Pssst (Bisik ke Aoi) Ke. . .  Kenapa dia menyeramkan begitu? Auranya suram sekali!”
Aoi : “Semua anggota keluarga Seiryu memang menyeramkan!”
Reoka : “Ng?” (Menatap Aoi dengan tatapan bertanya)
Aoi : “Apa?”
Reoka : “Kamu dan Sakura tidak?”
Aoi : “Ah. . . *Kluk* (Mendadak menunduk) Mungkin kami berdua hanyalah anak angkat! Ekh!!! Sekarang bukan waktunya untuk itu. Kita harus mencari Sakura sampai ketemu. . .”
Reoka : “Kita, kan, tukang bully. Kenapa jadi kita yang harus bersusah payah? Aku tidak mau mencarinya!”
Aoi : “Jadi, kamu ingin Rintama yang bertindak?” (Melirik Reoka)
Reoka : “Glekh!”


HELL BOY


Sakura : “Ng?” (Melihat ponsel)

Malam ini jam 20.00 datanglah ke belakang gedung sekolah. Kalau terlambat, tahu sendiri akibatnya apa??? Dan ingat, jangan sampai tersesat. Kalau tersesat, secepatnya telpon aku.


HELL BOY


*Belakang Gedung Vermilion School*
Aisi : “Brrr (Menggigil) Dingin sekali!”
Reoka : “Hey, Aoi. . .”
Aoi : “Hm?”
Reoka : “Kamu benar – benar sudah mengirim sms ke bocah itu tidak? Kenapa sampai sekarang dia tidak datang juga? Aku nyaris membeku, tahu!” (Menunggu dengan tidak sabar)
Rokuna : “Sekarang sudah hampir jam 23.00” (Melihat jam tangan)
Aisi : “Gawat, ini sudah terlalu malam! Apa tidak apa – apa membiarkannya datang sendiri ke sini?” (Mendadak cemas)
Aoi : “Akh, jangan -  jangan dia tersesat! Tapi, aku sudah menyuruhnya untuk menelponku kalau dia tersesat. . .” (Sibuk mengecek handphone)
Reoka : “Hyaaa, kamu bercanda??? Kalau dia benar – benar hilang, kita bisa dibunuh Rintama!” (Mendadak panic)
Aisi + Rokuna : “Gyaaa, apa yang harus kita lakukan? Kami belum mau matiiii” (Pelukan)
Sakura : “🤧 Yo, akhirnya Caku sampai juga di sini!” (Jalan tertatih – tatih)
Reoka : “Aaaah!!! Kenapa wajahmu seperti menua begitu?”
Aoi : “Hhh. Ternyata dia benar – benar tersesat!”
Aisi : “Ka. . . Kamu tidak apa – apa?” (Mengusap lembut kepala Sakura)
Sakura : “Kenapa kalian bertanya penuh kekhawatiran seperti itu? Seharusnya kalian menyiksa Caku?” (Menatap keheranan)
Reoka : “Benar juga! Nah, sekarang ambil ponselnya!”
Sakura : “😗 Ide bagus! Baterainya lowbat. Dasar ponsel tidak berguna!”
Rokuna : “Kalau begitu, apa gunanya kita mengambil ponsel ini?” (Memegang ponsel Sakura yang mati)
Aoi : “😅 Sakura. . . (Tersenyum lembut) Apa kamu lupa dengan pesan Rintama supaya kamu selalu mengaktifkan ponselmu?”
Sakura : “😗 Ah, Rintama terlalu khawatir!” (Mengerucutkan bibir)
Aoi + Reoka : “Kamu memang pantas untuk dikhawatirkan!”
Sakura : “Padahal, Caku selalu baik – baik saja! (Melangkah) Oke, kalian mau menyekap Caku di mana?”
*Bruuuuk*
Sakura : “Gyaaaa” (Tersandung kaki sendiri dan tersungkur masuk ke dalam gudang)
Aoi+ Reoka : “Bodohnya!” (Menatap tidak percaya)
Rokuna : “Kamu tidak apa – apa? (Tersenyum sambil mengulurkan tangan) Ayo, ku bantu berdiri!” 》Sebenarnya orang yang baik
*Blaaam* (Pintu gudang tiba – tiba tertutup)
Rokuna : “Lho?”
Aoi : “Aaaaakh!!! Kenapa pintunya tertutup tiba – tiba?”
Reoka : “Sebagai seorang tukang bully, aku merasa gagal! Dia terperangkap di dalam sana gara – gara pintunya tertutup sendiri!”

*Gudang*
Sakura : “Haciiih! 🤧 Brrrr, dingiiiin!!! Hiks, jadi seperti ini, ya, rasanya dibully! Tidak enak sekali. Eh? (Melihat sebuah laptop di atas meja) Ada laptop di tempat seperti ini? (Mau menyalakan laptop) Ng. . .”
 *Ctik ctik ctik*

*30 Menit Kemudian*
Sakura : “😠 Ng. . .” (Wajah kesal)
*Bhuak* (Laptop dilempar)
Sakura : “Ini laptop jenis apaaa? 😤💢 Kenapa menyalakannya susah sekali? Huweee, Caku gaptek. Kenapa menyediakan laptop canggih seperti itu, sich? Huweeee!!! Cowok neraka, tolong Caku!” (Bersimpuh di lantai)
Rion : “Kamu itu bodoh, ya?” (Kepala benjol terkena lemparan laptop)
Sakura : “!!!”
Rion : “Menyalakan laptop begitu saja tidak bisa! Dasar bodoh. . .”
Sakura : “💢💢 Dasar bocah, begini – begini Caku lebih tua dari pada kamu! Berani – beraninya mengatakan Caku bodoh. . .  Tidak sopan! Kamu siapa, hah?”
Rion : *Ctik* “Kamu yang memanggilku dan sekarang kamu malah bertanya aku siapa?”
Sakura : *Sriiiing* “😍💞 Apakah kamu cowok neraka? Ternyata memang keren, ya? (Tersipu malu) Mau kencan dengan Caku?”
Rion : “He? (Sweatdrop) Kamu memanggilku hanya untuk itu?”
Sakura : “Ah!!! Caku baru ingat. Tolong Caku! Gara – gara dia, Caku dan Olga jadi menderita. . .”
Rion : “Kalau begitu, terimalah ini!” (Menyodorkan boneka jerami)
Sakura : “😱 Huwaaa. Boneka itu seram sekali! (Spontan menjauh) 😫 Hiks, tolong jangan pakai boneka jerami! Caku phobia boneka seram. Berikan Caku boneka ulat saja. Lebih lucuuuu!”
Rion : “Boneka ulat?”
Sakura : “😆 Yup! (Memasang puppy eyes) Caku mohon, berikan Caku boneka ulat!”
Rion : “😓 Kalau pakai boneka ulat, di mana seramnya?”
*Braaak* (Pintu tiba – tiba terbuka)
Rion : “!!!”
Reoka : “Tangkap dia!” (Menunjuk Rion)

HELL BOY

Sakura : “Apa? (Tangan diikat) Kenapa tangan kami cuma diikat dengan sapu tangan?”
Aoi : “Tidak usah protes! Kalau pakai sapu tangan, tangan kalian tidak akan terluka!” 》Benar – benar orang yang baik
Aisi : “Ternyata cowok neraka benar – benar tampan, ya?”
Rokuna : “Ambil fotonya!” (Memotret Rion)
Sakura : “Cowok neraka. Ayo, lakukan sesuatu!”
Rion : “Aku tidak bisa apa – apa kalau benang boneka itu tidak ditarik!”
Sakura : “😗 Che! (Mencibir) Dasar cowok neraka tidak berguna!”
Rion : *Ctik*
Sakura : “Tadi sudah Caku bilang, kan, seharusnya pakai boneka ulat saja!”
Rion : “Apa tidak ada boneka yang lebih keren daripada boneka ulat? Boneka chucky misalnya”
Reoka : “Kh. Kenapa kalian malah asik sendiri? Seharusnya kalian memasang wajah takut!” (Tiba – tiba mencengkram kerah baju Rion)
Sakura : “Hentikan!!! Kamu tidak boleh menyakitinya!!!”
*Tep* (Sesuatu tiba – tiba jatuh di kepala Sakura)
Sakura : “Eh, apa ini?”
Reoka : “😱 Gyaaaa, itu binatang dari neraka!” (Histeris)
Aoi : “Itu hanya kecoak, Reo! Tenanglah. Jangan lupa kalau saat ini kamu sedang memegang pisau! Kalau kamu terus bergerak sembarangan seperti itu, kamu bisa. . .”
*Sreeet* (Pisau yang dipegang Reo mengenai pipi Sakura)
Sakura : “Ach!”
Rion : “😶 Ah!” (Terperangah)
Sakura : *Tees* (Pipi berdarah)
Aoi : “😨 Huwaaaa, berdarah!!!”
Aisi + Rokuna : “😱 Gyaaaa. Pisaunya benar – benar melukai pipi Sakura-chan!”
Reoka : “Ga. . . Gawat!” (Menjatuhkan pisau)
Aoi : “Sapu tangan. Sapu tangan! (Panik) Bersihkan dan tutup lukanya!”
Rion : “😓 Aku tidak ikut – ikutan! Lebih baik aku pergi. . .”
Reoka : “Kamu tidak bisa pergi begitu saja, bocaaaaah! Kamu harus ikut mati bersama dengan kamiiiii. . .”
Rion : "Kenapa aku harus ikut mati dengan kalian? (Ngotot) Yang ngebet pengen main drama ala Hell Girl, kan, kalian? Bukan aku!"
*Praaang* (Kaca jendela tiba – tiba pecah)
Aisi + Rokuna + Reoka : “Gyaaa” (Semakin panic)
Aoi : “Dia datang?”
Sakura : “😅 Rintama, kenapa Rintama datang secepat ini?”
Aoi : (Masih menutupi luka Sakura dengan sapu tangan)
Rintama : “. . . . .”
Reoka : *Drrrrrt* (Gemetaran)
Sakura : “Hehehe, kami baru saja selesai bermain ala Hell Girl dan sudah mau pulang. Rintama tidak perlu repot – repot menjemput kami!”
Rintama : *Jiiiit* (Menatap tajam)
Aoi : “A. . . Ada apa?”
Rintama : “Kalian tidak melupakan sesuatu, bukan? Perjanjian awal kita sebelumnya. . ."
*Hyuuuush* (Aura semakin suram dan dingin) 
Rintama : "Kalau Sakura sampai terluka, kalian semua tidak akan ada yang pulang dalam keadaan utuh!”
*Siiiing* (Mendadak senyap)

*GYAAAAAAAAAA*

*RS*
Sakura : “😫 Hiks, maafkan Caku! (Pipi kanan diplester) Gara – gara Caku, kalian semua jadi seperti itu!” (Menunduk berkali - kali)
*Jreeeeng*
Reoka : “Ish, sepupumu itu protektif dan posesif sekali! 💢(Leher dipasang servikal collar) Padahal, ini semua, kan, gara – gara kamu yang ngotot ingin memparodikan Hell Girl dan terobsesi ingin jadi artis!" (Kesal)
Aoi : “Hhh, seharusnya aku tidak mengikuti kemauan Sakura yang ingin bermain drama ala Hell Girl! Kamu itu tidak cocok menjadi artis, Caku!” (Tangan kanan diperban)
Aisi + Rokuna : “Untunglah, kita semua masih hidup!” (Menarik napas lega)
Sakura : “Ternyata memparodikan Hell Girl sangat berbahaya, ya? Caku menyesal. Caku tidak akan melakukan hal yang seperti ini lagi! Caku janji. . .” (Wajah menyesal)
Aoi : “Baguslah kalau kamu sadar!”
Sakura : “Ng? (Melihat sesuatu di atas meja) 🌟 Uwaaaaa!” (Mata tiba – tiba berbinar – binar melihat sebuah komik di atas meja)
Aoi : “Ke. . . Kenapa kamu memasang wajah seperti itu, Caku? (Waspada) Ingat, kamu sudah janji tidak akan memparodikan Hell Girl lagi! Kamu tidak lupa, kan?”
Sakura : “😁 Tenang saja, Caku tidak lupa, kok!” 
Reoka : “Kalau begitu, kenapa kamu memasang ekspresi mencurigakan seperti itu?”
Sakura : “Kita tidak akan memparodikan Hell Girl lagi! Tapi. . . 😋 (Mengangkat komik) Untuk menghabiskan waktu, bagaimana kalau kita memparodikan Navi Runa? Caku ingin sekali berperan sebagai Tai. . .”
*Wuuuuuush* (Mendadak senyap)
Rokuna+Aisi : “😨 Berperan menjadi Tai? Tai yang tersiksa dan tangannya putus itu?"
Aoi + Reoka : "😧 Tidak salah lagi, Rintama akan benar - benar membakar kami semua sampai menjadi abu kalau membiarkan Sakura menjadi Tai yang teraniaya!"


FIN

_Cherry Sakura_


NB :
Cerita sebenarnya adalah Hell Girl karya Miyuki Eto yang ada dalam majalah komik Nakayoshi, Episode dimana kumpulan anak orang kaya membully seseorang hanya demi menghabiskan waktu.

Post a Comment