Sewaktu pesawat mulai terbang merendah dan terlihat hamparan perkebunan sawit dari jendela pesawat, rasanya nggak nyangka kalau akhirnya saya di luar negeri hehehehe. Saya jadi teringat saran ibu-ibu di kantor imigrasi saat saya mengurus paspor Desember tahun lalu. Beliau menyarankan, bagi pemula seperti saya lebih baik pergi ke Malaysia dulu saja daripada Singapura karena Malaysia lebih murah. "Mengunjungi Malaysia" saya tulis sebagai resolusi tahun 2016 di buku agenda. Syukur alhamdulillah tercapai!
Never give up on your dreams!
*inspiratif*
Never give up on your dreams!
*inspiratif*
Waktu di imigrasi bandara saya ditanyai oleh petugas keturunan arab. Masnya ganteng tapi sayang pelit senyum dan ngomongnya nggak terlalu jelas antara bahasa Melayu atau bahasa Inggris. Mungkin dia lelah.
Saya sibuk membaca kalimat di baliho-baliho di tepi jalan selama perjalanan dari bandara ke hotel. Bahasa resmi negara Malaysia adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu dan bahasa Indonesia kan nggak beda jauh ya, tapi tetep ada bedanya. Ada satu yang bikin saya ngikik, iklan kosmetik dengan slogan "Jelita Sepanjang Masa". Kalau di bahasa Indonesia udah kayak bahasa puisi.
Terus ada lagi "tandas" yang dalam bahasa Indonesia berarti "toilet". Kemudian "kecemasan" yang mempunyai arti "darurat" dalam bahasa Indonesia, "penyaman udara" untuk AC, "laluan" untuk jalan (kb), dan "motosaikel" untuk sepeda motor. Saya pernah pakai istilah sepeda motor tapi uncle sopir yang saya ajak ngomong nggak ngeh apa itu sepeda motor.
Gongnya adalah tulisan yang saya temukan di komuter ini:
(((TUKUL KECEMASAN)))
Malaysia punya tukul kecemasan, Indonesia punya Tukul Arwana. Mantap tak?
Indah sekali perbedaan bahasa ini.
to be continued...
إرسال تعليق