Yak setelah baca caption postingan kak Icha yang ini akhirnya saya memantapkan hati untuk nonton film Disney Pixar terbaru berjudul 'Coco'. Jauh sebelum postingan kak Icha, foto-foto tengkorak warna-warni 'Coco' sudah berseliweran di search Instagram. Saya pikir itu film lama kan ternyata film baru.
Lucu kerangka manusianya colorful gitu. Jadi inget sugar skull di Sealemon's October doodle challenge tahun lalu.
Karena nggak ada yang bisa diajak nobar 'Coco' akhirnya hari Sabtu kemarin saya nekat nonton sendirian hahaha. Ini pertama kalinya saya ke bioskop sendiri. Sungguh pencapaian yang luar biasa mengingat saya anak yang coward dan awkward kalau jalan sendirian.
Nonton sendirian itu enak ya ternyata wkwkwk. Niatnya nonton yang siang tapi tiketnya abis jadi nonton yang sore. Nggak nyangka kalau bioskopnya rame banget. *long weekend plis*
Sebenarnya nonton hari Sabtu kemarin adalah rapelan dari serangkaian kegiatan. Kegiatan utama adalah trading standee album Seventeen 'Teen,Age' lol. #fangirlslife Kegiatan berikutnya adalah beli buku mumpung habis gajian. Sekalian satu kali keluar berbagai rencana terselesaikan.
Singkat cerita saya sudah di dalam teater. Film dimulai dengan.....cerita tentang Olaf, Anna, dan Elsa. Hzzz. Saya sudah kepo-kepo sedikit di Buzzfeed tentang 'Coco' beberapa hari sebelum nonton sih kalau ada cerita Olaf ini jadinya sepanjang film saya penasaran abis gimana caranya Olaf yang tinggal di Eropa akan muncul di 'Coco' yang berada di Meksiko. Saya kira Olaf akan muncul di film 'Coco' karena tersesat di dalam hutan terus tersedot entah apa sesuatu yang ajaib kemudian dia bertemu dengan tokoh-tokoh film 'Coco'. TERNYATA ENGGAK DONG ALHAMDULILLAH. 😂😂😂
'Olaf's Adventure' ini hanya berupa film pendek macam 'Frozen Fever' dan 'Tangled Ever After'. Jadi buat kamu yang sudah kekenyangan dengan perintilan 'Frozen' bisa bernafas lega karena film ini terpisah sah sah dengan jalan cerita 'Coco'.
Inti cerita 'Coco' adalah tentang perjuangan seorang anak bernama Miguel yang ingin bermusik tapi keinginannya tersebut ditentang keluarga besarnya yang nggak suka musik. Keluarga besarnya punya sebuah trauma dengan musik.
Seperti yang terlihat di poster filmnya, ada beberapa tokoh-tokoh yang berwujud kerangka tulang belulang. Yup Miguel ceritanya masuk ke land of the dead, dunia orang-orang yang sudah meninggal. Karena bukan diproduksi oleh Tim Burton, kerangka-kerangka tulang belulang ini nggak serem sama sekali. Lucu malah. Meriah. Warna-warni dan sangat menyenangkan.
Berlatar tempat di negara Meksiko, beberapa istilah tetap disebutkan dalam bahasa aslinya misalnya hari orang mati tetap disebut Dia de la Muertos (pengucapannya nggak diinggriskan). Terus beberapa kata pendek dalam percakapan juga diucapkan dalam bahasa Spanyol (bahasa resmi Meksiko) misalnya si untuk 'iya'. No problemo kok karena nggak bikin hilang arah jalan cerita.
Melalui film ini saya jadi tau sedikit tentang salah satu budaya Meksiko dalam menghormati kerabat keluarga yang sudah meninggal. Pada malam Dia de la Muertos mereka memasang foto-foto almarhum/almarhumah beserta barang-barang favoritnya di sebuah meja yang disebut ofrenda supaya arwah-arwah tersebut bisa menyebrang dari land of the dead ke land of the living untuk melihat kerabat yang masih hidup.
Di film 'Coco', land of the dead dan land of the living dihubungkan dengan jembatan yang tersusun dari mahkota bunga berwarna oranye. Entah nama bunganya apa. Sejenis krisan mungkin. Arwah-arwah dalam bentuk kerangka tulang belulang ini kalau ingin menyebrang ke land of the living harus melalui petugas yang tugasnya mirip petugas imigrasi bandara. Ada scan wajahnya astaga lucu banget.
Kalau kamu punya impian tapi keluargamu nggak merestui terus kamu mikir mereka egois, tonton film ini (sekalian ajak keluarga, siapa tau dibayarin). Atau kalau Bapak/Ibu nggak merestui impian anak-anaknya maka Bapak/Ibu juga harus nonton film ini. Tema tentang kasih sayang keluarga dan meraih mimpi atau cita-cita dikemas apik.
Dan.............jangan lupa bawa tisu. ;)
*
إرسال تعليق