KETIKA CINTA MENJADI SEBUAH OBSESI

Saap Norasing atau yang lebih dikenal dengan judul 'Kutukan' merupakan Lakorn atau drama Thailand yang dulu sempat booming di Indonesia. Berhubung aku termasuk generasi 90-an, sudah barang tentu aku menjadi salah satu pecinta drama ini. Pertama kali aku menonton drama ini, tidak bisa dipungkiri penyebab utamanya karena aku terlanjur terpesona dengan sosok karakter utama pria. Sosok sang siluman terlampau rupawan sehingga membuatku lupa kalau ia adalah karakter antagonis, penjahat yang egois dan sadis yang seharusnya dibenci.

Chosingatai, sosoknya boleh saja tampan dan rupawan, tapi, dibalik kesempurnaannya, Chosingatai adalah siluman singa atau srigala? (Aku lupa) yang akan berubah menjadi monster dengan bau yang sangat busuk setiap kali bulan purnama muncul. Keberadaan Chosingatai pun selalu membawa hal buruk untuk sekitarnya. Hewan - hewan akan mendadak mati jika mendekati area kediamannya dan yang lebih parahnya lagi, Chosingatai selalu memburu manusia untuk dimakan jantungnya. Biadap, bukan?

Ketika aku masih kecil dulu, aku melihat sosok Chosingatai mungkin hanya sebatas fisiknya saja. Ya, dia tampan. Hanya itu saja, selebihnya tak ada hal yang baik tentangnya selain ia siluman kejam dan egois. Seseorang yang misterius yang selalu menghabiskan waktunya dengan menyendiri di kursi goyang atau membunuh orang untuk dimakan jantungnya. Ia jahat, tak bisa berbaur dengan orang lain dan tak punya perasaan. 

Tapi, kini aku harus kembali mempertanyakan kata 'tak punya perasaan' yang seharusnya melekat pada sosok Chosingatai. Jika benar ia tak punya perasaan, kenapa ia hanya mencintai satu orang wanita sepanjang hidupnya? Kenapa dalam beberapa kali kehidupan ia hanya mengejar satu wanita yang sama? Lagi dan lagi Chosingatai jatuh cinta pada Da, sosok wanita yang di masa lalu juga dicintainya. 

Seperti sebuah kutukan, Chosingatai selalu jatuh cinta pada Da. Tapi, tak sekali pun Da membalas perasaan Chosingatai baik itu di masa lalu atau di kehidupan kedua mereka. Perasaan Chosingatai tak pernah bersambut, tapi, ia tetap saja berusaha mendapatkan Da dengan segala cara. Ia terus mengejar Da, tak peduli bahwa dibelakangnya ada sosok wanita lain yang juga sangat mencintainya.

Melihat mereka yang saling mengejar cinta, membuatku dilema harus mengasihani siapa. Terkadang aku berharap Da bisa membalas perasaan Chosingatai yang mungkin saja bisa membuat Chosingatai menjadi sosok yang lebih baik. Tapi, aku juga tak bisa mengabaikan sosok Wee, wanita yang selalu mencintai Chosingatai. Wanita yang rela melakukan apapun demi Chosingatai yang keberadaannya justru diabaikan.

Da mengabaikan Chosingatai dan Chosingatai mengabaikan Wee. 2 kali kehidupan Chosingatai mengejar Da dengan keberadaan Wee di belakangnya. Entah cinta yang terlalu besar atau Chosingatai yang memang sudah terlanjur terobsesi pada Da sehingga membuat Chosingatai tak bisa merasakan cinta yang lain. Jika saja Chosingatai menoleh ke belakangnya sejenak, ia seharusnya tahu dan menemukan sosok lain yang juga bernasib sama sepertinya. Mengharap cintanya dan tak pernah merasa lelah berlari di belakangnya.

Tapi, tidak. Chosingatai terlalu sibuk berlari ke depan dan tak sempat lagi melihat ke belakang. Ia terus mengejar cinta yang bukan miliknya dan mengabaikan cinta yang mungkin saja adalah cinta sejatinya. Yang dirasakan Chosingatai itu bukan lagi cinta, melainkan obsesi. Sedangkan cinta yang sudah berubah menjadi obsesi sering kali berbahaya.

Jika cinta sudah berubah menjadi obsesi, ia akan halalkan segala cara. Ia tak akan lagi peduli apakah cara itu benar atau salah. Yang ada dalam pikirannya hanya cara untuk menjadikan seseorang yang diinginkannya sebagai miliknya. Harus menjadi miliknya. Harus, harus dan harus. 

Jika cinta sudah berubah menjadi obsesi, ia hanya akan melukai dan menyakiti. Sedangkan cinta yang sebenarnya tidaklah seperti itu. Cinta seharusnya tidak memaksa ataupun menyakiti. Berjuang demi cinta boleh, tapi, jangan sampai terobsesi. Obsesi hanya akan membuat buta. Yang bisa kau lihat hanya dia yang kau inginkan, selebihnya kau buta. Padahal, mungkin saja ada orang lain yang menginginkanmu sama besarnya seperti rasa cintamu untuk seseorang yang bahkan tak pernah melihatmu. 

Jangan sampai cintamu berubah menjadi sebuah obsesi. Kau yang hanya terpaku pada sosok yang kau inginkan, mungkin saja disaat bersamaan kau justru telah membunuh seseorang yang menginginkanmu. Seseorang yang mengharapkanmu, mencintaimu, tapi, tak kau hiraukan kehadirannya. 

Sejujurnya cinta tak pernah salah, kitalah yang selalu menempatkan cinta di tempat yang tak semestinya. Jika cinta berada di tempat yang benar, pada orang yang tepat, beruntunglah ia. Bahagia akan datang menghampiri. Tapi, jika kau kejar cinta yang bukan hakmu, bukan milikmu, berhati - hatilah. Obsesi sama halnya seperti pisau yang kapan saja bisa menggorok leher pemiliknya. Jika bukan dirinya yang terluka, maka orang lain yang akan menjadi korbannya.

Seperti halnya Chosingatai, ia mengejar cinta yang bukan takdirnya dan cinta itu pulalah yang mendekatkannya bahkan menempatkannya pada kematian. 

_Cherry Sakura_

Post a Comment