안녕하세요..
Assalamualaikum..



Lama tak berjumpa setelah saya jungkir balik mengurus kepulangan ke Indonesia setelah akhirnya saya merampungkan pendidikan di Korea fiuuhh *kibas-kibas*.

"Hahhh?? Lulus langsung pulang?"

"Nggak pingin kerja dulu?"

"Nggak lanjut S3?"

"Nggak pingin nikah sama oppa-oppa?"

Njengkaaaang ~~

Gak saling kenal tapi kok ya orang-orang di sekitarku ini pertanyaannya sama semua toh, latah deeehhh.
Mainstream sekaleeeee ~~
Selain pertanyaan mainstream diatas, pertanyaan yang paling sering di tanyakan menurut on the spot versi gue adalaahh...

Seperti judul postingan ini...

"Lebih enak Indonesia atau Korea?"

Dan kenapa pertanyaan ini serasa menjadi 'highlight' sampai-sampai di bikinan postingan sendiri di blog? Karena pertanyaan ini yang menurut ku agak bikin dilemma atau bingung aja jawabnya.

Memanglah yaa... setiap manusia itu punya watak naluriah yang suka membanding-bandingkan.
Mungkin sebagian akan bilang "Wah... mengkhianati negara sendiri, masak dibandingin sama negara lain nggak bisa milih?"

Mungkin orang-orang yang berjiwa patriot nasionalis tingkat tinggi akan dengan mantab bisa menjawab 'Indonesia is better!" dan semacamnya.
*drama banget*

Anyway, sebaliknya, kalau bilang 'enakan Indonesia' itu ada juga orang yang bingung, "Enak apanya, di Indonesia cari duit susah." enak sambelnya.....

Bahkan setiap saya bilang saya mau langsung pulang ke Indonesia setelah lulus, semua orang memandangku dengan heran dengan tatapan yang mengisyaratkan kata-kata ,

"Oh... kamu memilih kemerosotan hidup.."
"Ah... kamu akan hidup susah."
"Sekolah di Korea akan sia-sia..."
"Percuma sekolah di Korea kalau ujung-ujungnya balik/kerja di Indonesia."

Dan sebagainya...

Oke, yang diatas SEDIKIT ada benernya, tapi lebay juga.

Tapi menurut kamus di kehidupanku ada dua hal yang mendasar yaitu, "Hidup itu pilihan." dan "Hidup itu sawang sinawang."

1. "Hidup itu pilihan."
Kebanyakan hal itu memang berjalan sesuai pilihan kita, dan pilihan itu ditentukan karena ada satu hal yang melandasai, melalui pertimbangan dan dihasilkan dari pemikiran yang matang.

Kenapa dia memilih begitu, padahal menurut saya begini, kenapa saya harus begini meski menurut orang-orang begono... itu semua karena pilihan dan segala yang melatar belakanginya.

Nggak bisa kita asal judge atau menilai tanpa dasaran kebutuhan dan keingin individual.

Jiaaahhh... itulah teori ala-ala princess kelenger ttokbokki (aku)

Aku secara pribadi untuk saat ini lebih memilih kembali ke Indonesia karena ada dua alasan lagi, "Keluarga" dan "Iman".

Mungkin satu sisi terlihat 'manjah..' atau 'cengeng'
Satu sisi lagi terlihat 'wow... sok relijius sekalee...'

Whatever lah...  Jujur aku nggak pernah nangis mendayu ala drama Korea favorit remaja, nangis setetes pun nggak, meski diterpa berbagai karena lika-liku kehidupan di Korea yang harus dijalankan sendiri, aku bahkan nggak pernah nangis dan justru perempuan mandiri yang serba bisa sendiri *ciyeeeeh*. Apalagi aku ini orangnya emang agak introvert, nggak gampang minta tolong jadi ya... semua lakukan sendiri meski kadang sebenarnya terlalu memaksakan diri. Angkat air sendiri, angkat kasur, angkat koper, angkat beban hidup sendiri *jiah* kurang setroong apa coba.

Pernah juga nggak nangis karena homesick? Kangen rumah? Kangen ibu? Kangen keluarga?

Nangis sih nggak, tapi galau karena homesick pasti iya.

Homesick aku rasa adalah satu hal yang sudah mutlak dirasakan orang-orang yang hidup di dalam kehangatan sebuah keluarga, dan akan ada hampa ketika jauh dari keluarga dalam waktu yang lama. Karena pada satu titik kita akan merasakan down dan lelah, dan disitu biasanya yang sepenuhnya bisa jadi penyemangat, yang dengerin keluh kesahmu dan ngasih solusi pake hati ya cuma keluarga.

Terlalu serius gak seeeh?? Ya harus serius donk, karena semua hal masing-masing ada latar belakangnya, nggak bisa asal main menilai dan nggak bisa di gebyah uyah..

Heyaaa... sawang sinawang lah, gebyah uyah lah, apaan sih tuh?
Itu boso jowo, maklum saya wong jowo...

"Hidup itu sawang sinawang."

Gebyah uyah itu dipandang sama rata, rasanya semua sama gitu...
sementara sawang sinawang secara arti berarti hidup itu masalah melihat dan dilihat.

Saya sering bawa kata-kata ini sih di blog, jadi hidup itu kalau dinilai seseorang biasanya berdasar yang dilihat saja, nggak benar-benar mengenal dan mengetahui seluk beluknya secara dalam.

Misall... "Wenaakk yaaa... di Korea jalan-jalan terus, ketemu oppa, hidup kayak drama..."

Kelihatannya seh gitu di instagram feed, nyatanya adalah suetreeeess karena kuliah, tugas banyak, dosen gaje, teman tak bersahabat, kangen emak, makanan nggak cocok, kekurangan uang karena Korea mahal binggo terus kerja keras bagai kuda sampai lupa orang tua. Wahh... itu tidak sesimpel gambaranku barusan karena realitanya beneran serasa jungkir balik. (bukan kisahku)

Atau misal simpelnya, duit banyak atau cukup tapi hati nggak tenang karena ibadah terganggu, lingkungan kurang mengarahkan ke ibadah, jadi galau, jadi sesat. Hal-hal semacam itu mungkin tak terpikirkan, tapi lambat laun kalau memang masih ingin jadi orang yang bener kita bakal bisa ngerasakan sendiri tentang adanya trouble di diri kita tapi anehnya, kita nggak gampang ngendalikan dan justru rawan terbawa arus.

Intinya, hidup kelihatan enak tapi nggak bener gitulah.

Masalahnya macem-macemlah.. Namanya juga hidup di negara orang, yang budaya dan kebiasaan yang berbeda, yang awalnya bikin geleng-geleng, shock bahkan bisa jadi bikin tertekan tapi lama-lama jadi biasa juga, jadi akrab juga.

Nggak memungkiri bahwa disana enjoy, fun dan serunya juga banyak. Jujur saja saya bahagia-bahagia saja disana, bangga dengan pengalaman dan ilmu yang sudah aku dapat disana. Tapi disatu sisi ada satu ke galauan yang nggak berujung. Bahagia sih bahagia, tapi hati pingin pulang juga gitu.

Aku nggak tahu ya, apakah ini dirasain sama anak-anak lain yang merantau ke luar negeri apa nggak, atau ini memang hal yang sudah umum dan wajar, atau bahkan sebaliknya, ini adalah hal yang kelihatan lebay, apalagi buat usia aku yang udah usia 'gerah', dah harusnya nikah punya anak, jieeehhh... yang jelas itulah kesimpulan yang kuambil setelah aku menjalaninya.

Jadi, kesimpulan lain yang ingin aku sampaikan adalah..

Tergantung ya 'kiblat' hidupmu mau gimana, hidup itu pilihan.
Mau kumpul sama keluarga, atau jauh dulu cari penghidupan lainnya, itu memang semua tergantung individual masing-masing.

Ada yang cuek-cuek aja jauh dari keluarganya 5 tahun,
Ada yang hatinya terpaut terus, keinget, terus menghitung hari kapan akan bertemu padahal cuma tinggal nunggu hitungan bulan.

Ada yang nggak peduli imannya berantakan, atau bahkan gak sadar.
Ada yang baik-baik saja imannya,
Ada yang agak geser, dia sadar, panik dan yah seperti aku...

Sendirian, nggak ada ortu, nggak punya suami, nggak ada yang ingetin...
Eh... tahu-tahu diluar udah jam 10 malam aja.
Nggak baik lah ya muslimah jam 10 malam sendirian diluar tapi karena ngerasa "Ya udahlah ya... beda ma Indonesia, aman lah ya..."

Makan makanan yang status halal-haramnya udah abu-abu, tapi karena kepepet, apalagi teman-teman nggak ada yang saling menguatkan dan justru mendorong, "Udahhh gapapa..." iya sih Allah memang Maha Tahu, Maha Mengampuni, tapi kalau kebablas terus pura-pura bodo, keterusan, sangat bisa, hati ini dibisikin setan, mumpung lingkungan mendukung saja, aman, lanjoooot...

Alhamdulillah nggak pernah makan babi dan alkohol, dan Naudzubillah yaaaa....
Tapi daging-daging lain (ayam, sapi) yang meragukan itu yang

Tapi di satu titik sadar, "Ya Allah... udah nabung berapa dosa."

Ingat neraka, ingat dosa, galooooo lagi.

Dah lah pulang sajaaaahhh...

Jadi kalau di tanya enak di Korea apa di Indonesia??
Dua duanya enak, dua duanya nggak enak.

Di Indonesia atau nggak, tergantung usaha, tergantung ikhtiar, maka kita bisa-bisa saja bahagia, bisa-bisa saja kaya.

Toh kalau di Korea, nggak kayak kelihatannya aja juga, nggak melulu berlimpah. Orang Korea banyak juga yang susah, banyak yang nggak betah di Korea sama seperti orang Indonesia pada pingin pindah negara. Podo wae...

Semua orang pun ya keluhan masing-masing, punya taraf kesyukuran masing-masing.

Ada orang yang cuma bisa main dalam kota, paling pol ke luar provinsi aja udah terhibur, bahagia, bersyukur... Ngerasa 'Wow, I', so blessed, Thanks Allaaaahhh !!' *luv luv*
Ada juga orang yang udah berlibur ke Jepang, Itali, Roma tapi bilangnya 'Aku susahhh... aku orang miskin.'

Bukan permisalan aja, tapi itu nyata ADAAA....

Jadi... jangan jadikan suatu tempat atau materi menjadi bagaimana kamu bahagia atau sukses, tapi ada definisi bahagia lain yang terkadang tersembunyi,  kamu nggak tahu, yang mungkin sebenarnya sangat sederhana dan mudah untuk diraih, tapi kamu terlalu sibuk mengejar definisi bahagia yang cuma artificial istilahnya...

Di Korea enak untuk ini....bla bla. duniawi misal, duit misal...
Asalkan... bla bla... Asal imannya kuat misal...

Di Indonesiapun sama...
Bisa kok kita kaya, asal kreatif, asal bukan bikin sensasi aja loh yahhh... kkkk
Stop making stupid people famous, heyaaaa

Kata orang Korea, "여기는 여기고 거기는 거기지..."
Semacam apa yah kalau diartikan...
Kayak disini atau disana ya begitu itu, ada kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Sekian, semoga bisa jadi perenungan dan pemikiran kedepannya...

Bye...

Wassalam.





Post a Comment