Aku sangat menyukai hujan. . .
Suaranya. . .
 Kesejukannya dan baunya. . .
Aku menyukai hujan. . .
Karena ketika hujan turun. . .
Itulah saat pertama kali aku bertemu denganmu. . .
Di bawah rintik hujan, aku selalu melihatmu. . .
Dan ketika hujan berhenti. . .
Aku takut tidak bisa melihatmu lagi. . .
Takut kamu akan menghilang. . .
Untuk selamanya. . .



RAIN OF TEARS



Tahukah kamu apa yang paling kubenci di dunia ini. . .
Ketika hujan turun membasahi bumi. . .
Aku benci dengan saat – saat itu. . .
Karena hujan membuat segalanya menjadi lebih dingin. . .
Dan membuatku menunggu lebih lama agar bisa pulang ke rumah. . .
“Kamu masih membenci hujan, Chimo? Hujan, kan, indah. Lagipula, hujan kali ini tidak ada petirnya, kok!”, tegur seorang anak perempuan seusiaku. . .
Aku menatap kaki mungilku yang terbalut sepatu. . .
Hhh. . .
Salah satu alasan kenapa aku membenci hujan. . .
Karena hujan selalu membuat sepatuku basah. . .
Dan aku sangat tidak suka itu. . .
Lebih baik aku tetap berdiri di sini hingga hujan reda. . .
“Sepertinya hujan akan lama baru berhenti. Kita pulang sekarang, yuk!”, ajaknya
Aku menggelengkan kepalaku. . .
Tidak. . .
Aku sungguh tidak suka berjalan di bawah hujan. . .
Air hujan terasa begitu dingin dan membuat kulitku terasa sakit. . .
“Aku membawa dua payung. Ayolah, Chimo. Berjalan di bawah hujan itu menyenangkan, lho!”, ujarnya sambil menyodorkan satu payung padaku. . .
Aku menatap ke arahnya dengan tatapan yang penuh keraguan. . .
Dengan senyum, Luna berkata. . .
“Hujan kali ini tidak akan membuatmu sakit. Kamu tidak akan menyesal”
Aku percaya dengan ucapannya. . .
Bahwa hujan tidak akan membuatku sakit. . .
Karena itu, kuputuskan untuk meraih payung itu. . .
Dan untuk yang pertama kalinya. . .
Aku berjalan di bawah rinai hujan. . .



RAIN OF TEARS



Aku pernah berharap. . .
Hujan tidak akan pernah turun. . .
Karena di mataku, hujan terlihat seperti curahan airmata kesedihan seseorang. . .
Aku tidak menyukainya. . .
Karena hujan terasa dingin dan menyakitkan. . .
Kapan terakhir kali aku berpikir seperti itu?
Ah, ya. . .
Itu terjadi saat aku masih berumur 6 tahun. . .
“Luna, jangan lari – lari begitu. Airnya mengenai baju Chimo”, ucapku kesal
“Hehehe, maaf, maaf! Ini karena aku suka sekali dengan hujan”
Aku memandang Luna dengan tatapan malas. . .
Apa indahnya air yang jatuh dari langit seperti ini?
Kenapa dia harus kegirangan hanya karena hujan?
Tidakkah Luna melihat. . .
Orang – orang begitu muram ketika hujan turun. . .
Sama seperti wajah muram seorang anak laki – laki yang ketika itu berjalan tanpa payung. . .
Sama sepertiku. . .
Sepertinya dia juga tidak menyukai hujan. . .
“Sesekali kamu harus merasakan air hujan jatuh di tanganmu, Chimo! Rasanya dingin, tapi, menyenangkan! Kamu pasti akan menyukainya”
Biasanya. . .
Aku tidak pernah bisa melihat dengan jelas ketika hujan turun. . .
Semuanya akan berubah menjadi samar – samar. . .
Tapi, entah kenapa. . .
Saat itu aku bisa melihatnya dengan sangat jelas. . .
Dia yang saat itu berjalan tanpa payung sedang meneteskan airmata. . .
Dia. . . Menangis. . .
“Chimo, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu berhenti tiba – tiba?”



RAIN OF TEARS



Untuk yang pertama kalinya. . .
Aku melihatmu berjalan di bawah rinai hujan. . .
Seseorang yang seperti tersakiti dengan setiap tetes air hujan yang turun. . .
Bukan air hujan yang membasahi pipimu melainkan air mata. . .
Aku tahu itu dan akupun
merasakannya. . .
Luka hati yang teramat dalam. . .



RAIN OF TEARS



“Selamat tinggal, Ezuki!”, seorang anak laki – laki melambaikan tangannya
Kamu hanya menganggukkan kepala dan tetap berdiri di tempat semula. . .
Sembari memandang langit dengan wajah yang resah. . .
Ketika melihatmu, aku mengira kamu lupa membawa payung. . .
Dan tergelitik untuk segera meminjamkan payung yang ada di tanganku ketika melihatmu berjalan menerobos hujan. . .
“Biarkan saja, Chimo!”
Suara Luna membuatku menghentikan langkahku tepat di saat aku berniat untuk mengejarmu. . .
“Sepertinya dia menyukai hujan. Dia selalu membiarkan dirinya dibasahi oleh hujan. Aku rasa, dia sangat menyukai hujan”
Aku mengernyitkan alisku mendengar perkataan Luna. . .
Tidakkah Luna bisa melihatnya. . .
Sebagaimana aku bisa melihat dengan begitu jelas. . .
Bahwa kamu sedang menangis. . .
Bagaimana mungkin kamu menyukai hujan ketika airmata justru membanjiri pipimu. . .



RAIN OF TEARS



Ketika hujan turun. . .
Kamu selalu membiarkan hujan membasahimu. . .
Aku tahu. . .
Kamu tidak pernah menyukai hujan. . .
Kamu berjalan di bawah hujan hanya supaya airmatamu terhapus olehnya. . .
Apa kamu benar – benar tidak memiliki seseorang yang bisa menghapus lukamu hingga air hujan yang harus menghapusnya. . .



RAIN OF TEARS



Aah. . .
Akhirnya hujan turun juga. . .
“Tumben kamu memasang wajah bahagia ketika hujan turun, Chimo?”, tegur Luna saat melihatku mulai berlari bebas di bawah rintik hujan
Ya, satu tahun setelah hari itu. . .
Entah kenapa, aku merasa sangat bahagia setiap kali hujan mulai turun. . .
Aku juga tidak mengerti. . .
Kenapa aku harus merasa bahagia seperti ini. . .
Bukankah dimana – mana hujan selalu sama. . .
Lalu, kenapa aku harus merasa sangat bahagia. . .
Bukankah dulu aku sangat membenci hujan. . .
Karena hujan selalu membuat sepatuku kotor dan membuatku menggigil kedinginan. . .



RAIN OF TEARS



Ketika hujan turun, aku akan berlari dengan bahagia di bawahnya. . .
Tidak peduli sedingin apa air hujan itu. . .
Tak peduli sederas apa ia. . .
Hujan tidak akan membuatku sakit. . .
Hujan akan selalu terlihat indah di mataku karena aku melihatmu. . .
Ya. . .
Karena kehadiranmu seperti pelangi yang memperindah langit dikala mendung. . .
Bahkan di mataku. . .
Kamu jauh lebih indah dari pelangi. . .
Hey. . .
Apakah kamu juga pernah menyadari bahwa kamu seindah itu?


RAIN OF TEARS


Syukurlah. . .
Aku benar - benar bersyukur karena masih bisa melihatmu. . .
Tahukah kamu. . .
Senyum selalu merekah di bibirku ketika melihatmu berdiri di bawah rinai hujan. . .
Tapi, kenapa. . .
Kamu selalu memasang wajah terluka seperti itu. . .
Kenapa kamu selalu menangis dan membuatku merasa takut. . .
Ku mohon. . .
Jangan berdiri di sana. . .
Aku takut kamu akan terjatuh dan terluka. . .
Tidakkah kamu tahu bahwa sungai di bawah sana sangat dalam. . .
Kamu akan tenggelam jika kau terjatuh. . .
Tapi, kenapa kamu tetap berdiri di sana. . .
Kamu tidak bermaksud untuk menghilang, kan?
Tidak. . .
Aku tidak ingin kamu menghilang. . .
Kamu harus tetap ada di setiap hujan yang ku lihat. . .
"Pakai jaket ini!", kataku tiba - tiba. . .
Kamu mengernyitkan alismu dan menatapku heran. . .
Aku tahu, kamu pasti sangat terkejut dengan kedatanganku. . .
"Sudah tidak apa- apa, kan? Siapa namamu?", tanyaku sembari tersenyum. . .
Ah. . .
Lagi - lagi kamu menangis. . .
Aku ingin memberimu sapu tangan agar kamu bisa menghapus airmatamu. . .
Tapi, aku takut kamu akan menganggapku lancang. . .
"Siapa namamu?"
Aku kembali menanyakan namamu karena kamu tak kunjung menjawab pertanyaanku. . .
Ku mohon. . .
Jawablah pertanyaanku dan beri tahu aku siapa namamu. . .
"Aku tidak mempunyai nama!"
Tidak. . .
Itu bukan jawaban yang kuinginkan. . .
Karena jawabanmu itu seolah sembilu yang menusuk hatiku. . .
Detik itu juga aku menyadari. . .
Betapa kamu membenci dirimu sendiri. . .
Dan berharap kamu tak pernah ada. . .
Karena itulah kamu katakan. . .
Kamu tidak mempunyai nama. . .
Dengan begitu, tidak akan ada seorangpun yang memanggil namamu. . .
"Zuhima?", kataku sambil menunjuk tulisan yang ada di tasmu. . .
"Apa itu namamu?"
Baiklah, jika kamu tidak memiliki nama maka biarkan aku yang memberimu nama. . .
Jika selama ini tak ada yang memanggilmu. . .
Maka aku akan menjadi orang yang akan selalu memanggilmu. . .
Agar kamu tidak melupakan namamu sendiri. . .
Aku ingin mengatakan itu. . .
"Akh, kakak datang! Aku harus segera pergi. . ."
Tapi, yang keluar justru kata - kata itu ketika aku melihat kakakku di kejauhan. . .
Aku harus secepatnya pergi sebelum kakakku menyeretku pulang. . .
"Hey, jaketmu. . .", kamu berseru memanggilku. . .
"Itu untukmu, jadi pakai saja!", teriakku sambil berlari menjauh. . .
"Kamu. . . Basah?"
"Tidak apa - apa. Karena aku suka hujan, aku tidak keberatan kalau harus basah kuyup!"
Ya, aku sangat menyukai hujan. . .
Bila hujan selalu bisa mempertemukanku denganmu. . .
Aku sama sekali tidak keberatan meskipun harus basah kuyup seumur hidupku. . .
Dan aku ingin kamu mengetahui itu. . .
"Chimosu Shimizu, itu namaku!", teriakku sambil menoleh ke arahmu. . .
Untuk kali ini. . .
Biarlah aku yang terlebih dahulu menyebutkan namaku. . .
Tapi, lain kali. . .
Kamu harus menyebutkan namamu yang sebenarnya padaku. . .


RAIN OF TEARS


Aku sangat menyukai hujan. . .
Karena kamu selalu ada setiap ia turun. . .
Aku berharap hujan turun selamanya. . .
Agar aku bisa selalu bertemu denganmu dan melihatmu. . .
Aku berharap hujan tak akan pernah berhenti. . .
Aku takut, sangat takut. . .
Ketika hujan reda, kamu akan menghilang. . .


TO BE CONTINUED. . .

_Cherry Sakura_

Post a Comment