Bagai bunga di dalam taman
Banyak dikunjungi wisatawan
Sungguh menarik perhatian
Di sana aku dilahirkan
Dan aku dibesarkan
Di kota kesayangan
Kakak kelas waktu SD dulu ikut ekskul Pramuka dan kakak pembinanya ngajarin dia lagu itu. Kemudian dia ngajarin saya. Nadanya masih nempel di ingatan sampai sekarang.
Sama persis dengan lirik lagu di atas, saya lahir dan besar di Malang. Malang terdiri dari kota dan kabupaten. Nah saya dari lahir sampai SMA berkutatnya di kabupaten. Kuliah dan kerja baru di kota.
Apa bedanya? Beda yang paling mencolok buat saya adalah jalan raya dan angkutan umum. Jalan raya di kabupaten mudah sekali diingat karena nggak banyak cabang. Angkutan umum pun warnanya beda-beda untuk setiap trayek. Sedangkan jalan raya di kota beuuuhhh banyak banget cabangnya. Angkutan umum warnanya sama semua: BIRU. Saya yang dasarnya susah hafal jalan, sampai sekarang masih keteteran ngafalin jalan di kota.
Dari segi fasilitas umum, kota juga lebih unggul. Stasiun kereta api misalnya, ada dua stasiun besar di kota. Tempat ngupi cantik anak muda juga lebih menjamur di kota. Mall dan bioskop pun demikian hanya ada di kota. Padahal wilayah kabupaten jauh lebih luas daripada kota. Ini sepertinya yang membuat pemukiman penduduk kota lebih sempit dibandingkan di kabupaten. Saya dulu kaget lho lihat rumah kos-rumah kos dan jalan-jalannya di dekat kampus, nggak seluas dan selebar di desa tempat saya tinggal. Kota Malang punya tiga kampus negeri unggulan, yaitu Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Keunggulan kabupaten ada di wisata alamnya. Mulai dari pantai, gunung, hutan raya, sampai air terjun. Sebenarnya Malang ini sekarang lebih jadi tempat transit wisatawan yang mau ke Kota Batu. Pariwisata Batu lebih ramai dibanding Malang. Apalagi sejak Jatim Park populer. Suhu udara di Batu juga lebih dingin, Malang sekarang nggak sedingin dulu.
[Baca juga: Jalan-jalan Malang, Jalan-jalan Batu]
Dulu kata teman saya yang dari Surabaya, Malang ini dingin banget. Pernah suatu hari dia ngampus nggak mandi saking dinginnya. Banyak teman kuliah saya yang bilang Malang ini ngangenin, pingin balik ke Malang karena banyak kenangan yang tertinggal di sana. Setiap teman-teman saya bilang begitu, I cannot relate huhuhu. Ya gimana orang nggak pernah tinggal di kota lain, jadi nggak punya pembanding.
Eh...pernah ding tiga bulan di Kota Pasuruan waktu magang kuliah. Waktu tinggal sementara di sana bertahun-tahun lalu, kota Pasuruan lebih sepi dari Kota Malang. Tempat makan-makan juga masih kalah dengan Kota Malang. Begitu pun dengan pusat perbelanjaan. Suhunya pun lebih tinggi dibanding suhu Malang. Saya bisa tidur nggak selimutan di Pasuruan, tapi nggak di Malang. Pantesan dia kangen Malang. :)
Bicara soal makanan, Malang terkenal dengan baksonya. Segala macam bakso bisa ditemukan di Malang, contoh bakso bakar, bakso keju, bakso tengkleng, dan bakso mercon. Kalau bakso yang saya sebutkan ada yang bukan khas Malang, mohon maaf ya hehe. Biasanya penduduk asli memang punya kekurangan nggak bisa menilai kota tempat tinggalnya sendiri. Mungkin saking kebiasaannya kali ya jadi nggak bisa nangkep apa yang istimewa. Justru yang bisa menilai malah pendatang. Mereka punya pembanding dengan daerah asalnya.
Ayo-ayo yang pernah mampir ke Malang bisa share cerita di kolom komentar. Saya penasaran gimana pendapat orang luar Malang tentang Malang, baik dan buruk diterima. ;)
*
إرسال تعليق