Shane : "Karena bagimu. . . Dia jauh lebih berharga daripada hidupmu sendiri. Karena itu, kamu pasti akan mendengarkannya!"
Rion : ". . ." *Bruuuk* (Jatuh berlutut)
Rion : "Ukh! (Memegang kepala) Lagi - lagi aku melihatnya?" (Bayangan seorang anak laki - laki menangis dalam kegelapan terlintas)
Rion : "Selalu seperti ini?"
Shane : "Ada apa? Apa kamu kembali teringat dengan kenangan - kenangan buruk itu?"
Rion : "Tangan yang berlumuran darah itu tanganku. Aku yang sudah membuat kucing itu terpotong - potong. Aku yang sudah menyebabkan mama meninggal! Semua itu karena aku!"
Shane : "Rion?" (Mau menyentuh bahu Rion)
Rion : "Ukh! (Mencengkram kepala) Sial!!! Apa - apaan ini?"
Shane : "Eh?"
Rion : "Lagi - lagi. . . Bayangan itu muncul di kepalaku seperti kaset yang di putar!"
🍃 *Sraak* 🍂 (Daun berguguran)
Rion : "Daun - daun itu masih saja berguguran di area pemakaman. . ."
Shane : "Kamu tidak apa - apa?"
Rion : "Bisa kamu berhenti menyebut namanya? Aku memang tidak mengenalnya, tapi, setiap kali kamu menyebut namanya. . . Aku merasa seperti ada sesuatu di dalam hatiku!"
Shane : ". . ."
Rion : "Aku. . . (Putus asa) Benar - benar ingin menghilang agar tidak ada lagi yang bisa ku ingat!"
Shane : "Kamu masih bisa bertemu seseorang yang bisa membantumu menghilang dari dunia! Karena itulah, kamu ku bawa ke masa lalu. . ."
Rion : "Berarti aku masih bisa bertemu dengan mama?"

Mawata : "Masa kamu mau pergi dengan penampilan seperti itu?"
👧 : "Mawata, aku sudah terlambat!"

Rion : "!!!"
*Dheg* (Spontan menyentuh dada)
Rion : "Suara itu. . ."
Shane : "Kenapa tiba - tiba kamu terlihat seperti ingin menangis?"
Rion : "Aku mendengar suara mama!"
Shane : "Itu bukan Rakusa, Rion!"
Rion : "Tidak mungkin. Suaranya. . . Aku yakin itu suara mama!"
*Drap* (Lari meninggalkan Shane)
Shane : "Hhh. . . Kapan ini semua akan berakhir? (Mengamati Rion yang berlari menjauh) Tidak bisakah lingkaran itu pecah?"

👧 : "😲 Terlambat lagi. Terlambat lagi. . . (Berlari) Kapan aku bisa gemuk kalau tiap pagi buang lemak melulu?"
Rion : "Itu mama. Itu mama!" (Mengejar)
"Mama, tunggu!"
👧 : "Hm? Siapa itu?" (Menoleh ke belakang)
Rion : *Dheg* (Berhenti berlari)
👧 : "Ng?" (Menatap Rion dengan tatapan bertanya)
*Wuuush* (Angin berhembus)
Rion : "Ini. . . Mama? Benar - benar wajah mama!" *Nyuut* (Kembali memegang dada)
👧 : "Kamu baik - baik saja?"
Rion : "!!!"
👧 : "???"
Rion : "Wajah ini memang wajah mama, tapi, matanya. . . Mata yang sedang menatapku ini bukan mata mama. Matanya berwarna hijau sepertiku. Mata yang berbeda dengan mata anggota keluarga Seiryu lainnya!"
*Tap*
Rion : "Orang ini bukan mama!" (Mundur selangkah)
👧 : "Kamu kenapa? Dan siapa?"
Rion : "Aku. . . Ugh?" (Mencengkram kepala)
"Seseorang pernah menatapku dengan tatapan seperti ini. Aku pernah melihatnya, tapi, dimana dan kapan?"
👧 : "Hey, kamu kenapa? (Mulai panik) Apa kamu sakit?"
Rion : "Apa. . . Aku pernah bertemu denganmu sebelumnya?"

To Be Continued~~~



Post a Comment