Ada begitu banyak keraguan di dalam hati yang pada akhirnya membuatku tetap terdiam di tempat dan tidak bergerak maju. Bahkan ketika semua orang sudah berada begitu jauh di depanku, aku masih menimbang ini dan itu dalam ketakutan yang kuciptakan sendiri. Pada akhirnya, aku sendirilah yang memposisikan diriku di tempat menyedihkan dimana sebenarnya aku tak ingin berada di dalamnya.

Ya, karena bagiku hal yang paling menyedihkan itu adalah ketika aku masih terpaku di tempat yang sama, bahkan masih belum berjalan selangkahpun untuk sekedar meraih apa yang pernah kuimpikan. Aku masih berpijak di garis yang sama, garis yang tidak sedikitpun bisa kulewati karena ketakutanku sendiri. Garis kebimbanganku sendiri.

Seharusnya aku mengejar apa yang kuinginkan, bukan justru membuang begitu banyak waktu berharga seperti ini. Mungkin aku adalah salah satu makhluk terbodoh di muka bumi karena tak bisa menerka apa yang ada di dalam hati dan pikiranku. Bukankah hanya orang bodoh yang tidak bisa mengetahui keinginan dalam hatinya dan apa yang harus dicapai?

Ya, aku bodoh. Sangat bodoh karena terus menerus terperangkap dalam kebimbangan hingga akhirnya tetap menjadi seseorang yang sama sekali tidak bisa kubanggakan. Hal yang menyedihkan dan menakutkan bercampur menjadi satu. Meraja di dalam hati, menjerat seperti hantu. 

Ah, aku takut dengan segala keterdiamanku. Takut aku akan terus menua tanpa hasil. Bagaimanapun juga aku pernah bermimpi untuk menjadi seseorang yang berguna bagi hidup orang lain. Pernah berharap keberadaanku bisa menjadi penghapus untuk kesedihan seseorang. Pernah berharap kehadiranku bisa menjadi hadiah terindah bagi mereka yang memilikiku.

Tapi, pada kenyataannya semua mimpi itu menguap bersama waktu yang berlalu. Tak berbentuk dan tak berbekas. Bukan orang lain yang melemahkan hatiku, pikiranku sendirilah yang melemahkan segalanya. Menghancurkan semua mimpi indah yang pernah terangkai. Dengan menggunakan tanganku, aku berhasil meluluhlantakkan apa yang pernah menjadi mimpiku. Dengan tangan ini pula, aku memaku kakiku hingga tak beranjak sedikitpun dari tempatku berdiri. Berubah menjadi patung yang pada akhirnya mungkin akan hancur tergerus waktu. 

Aku tahu, seharusnya yang kubunuh adalah keraguan yang ada di dalam hati. Tapi, pada kenyataannya keraguanlah yang berhasil melemahkanku. Keraguanlah yang mematikan dan membunuh semua mimpiku. Keraguanlah. . . Yang menjadi pemenangnya.

_Cherry Sakura_

Post a Comment