Jujur saja, selama ini aku termasuk orang yang menganggap remeh sebuah senyuman. Apalagi, aku termasuk tipe orang yang sangat tergantung dengan mood. Yang itu artinya, aku tidak akan mau merepotkan dan memaksakan diri untuk tersenyum disaat perasaanku sedang hancur berantakan. Kenapa tiba – tiba aku tertarik untuk membahas soal 'senyum' ini? Ya, itu karena secara tidak sengaja, pada hari ini aku kembali menemukan catatan harianku yang berhubungan dengan senyuman. Berhubung pada masa itu diriku masih labil, aku suka sekali menuliskan segala sesuatu ke dalam catatan harian. Kalau sekarang, sich, sudah malas dan itu terasa memalukan.

Kejadian itu terjadi pada tahun 2011 silam. Yup, sudah sangat lama, tapi, tetap saja sukses memberikan efek tidak menyenangkan diingatanku yang terkadang membuatku ingin membenturkan kepalaku ke tembok dengan harapan aku bisa lupa akan kejadian nista bin memalukan itu. Tapi, sayangnya, ingatanku cukup kuat untuk bisa melupakan kejadian itu.

10 Mei 2011. Itu adalah hari pertama aku dinas di RS saat aku berada di tingkat dua ketika masih kuliah dulu. Sedari awal, aku memang sudah merasa tidak enak hati dan Olala, ternyata itu adalah jawaban kenapa rasanya begitu berat untuk memulai hari. Di hari pertama yang seharusnya menyenangkan, aku dengan suksesnya disemprot habis – habisan oleh dosen tercinta yang tidak perlu ku tulis namanya. Tepat di depan lima orang teman seperjuanganku. Bayangkan, ada lima orang yang sedang melihatku mendapatkan siraman rohani gratis dengan cara yang tidak menyenangkan? Seandainya saja aku memiliki kemampuan teleport, mungkin detik itu juga aku akan langsung menghilang ke kutub utara.

Aaaaakh!!! Salahkan wajahku yang tidak ramah. Ya, itu semua terjadi lantaran wajahku yang terkadang memang terlihat seperti wajah orang yang siap mengajak orang lain berkelahi. Aku tersenyum saja masih terlihat angkuh, lho. Apalagi kalau sedang diam, aku jamin tidak akan ada satu orangpun yang berani menyapa. 

Oke, aku tahu kalau itu semua memang salahku. Dengan mata kepalaku sendiri, sebenarnya aku sudah bisa menebak kalau si Dosen cantik sedang berada dalam keadaan mood yang tidak baik. Dan aku dengan bodohnya malah cuek, lalu menjauh hanya untuk sekedar mengambil steples. Aaaaaakh, kalau ingat kejadian itu, aku selalu ingin mengutuk steples sial yang waktu itu akan ku ambil? Sampai sekarang, aku masih tidak bisa ingat, maksud dan tujuanku mengambil steples itu untuk apa??? Hanya demi sebuah steples, aku sampai rela dicaci maki.

Meskipun aku menyalahkan steples, tapi, jauh dilubuk hatiku yang terdalam aku tahu yang menjadi masalah sebenarnya adalah karena aku yang sama sekali tidak tersenyum. Tentu saja aku tahu karena ini bukan pertama kalinya seseorang mengatakanku sombong ataupun judes. Berkali – kali aku mendapat predikat 'jutek' dan sebenarnya itu sudah cukup memberiku alasan agar aku berubah. Tapi, nyatanya aku tidak juga berubah. Seseorang, bahkan pernah mengatakan kalau aku seperti robot. Yup, robot. Bila seseorang sampai mengatakanku sebagai robot, bukankah itu artinya ekspresiku sudah sangat – sangat buruk.

Tersenyum, sebenarnya itu hanyalah sesuatu yang remeh, tapi, ternyata dia memiliki andil luar biasa dalam kehidupan. Kita tidak akan rugi apapun ketika tidak tersenyum, tapi, satu hal yang baru kusadari ketika aku memilih untuk tidak tersenyum. Ya, aku kehilangan kesempatan untuk membahagiakan dan menyenangkan orang lain.

Selama ini aku selalu berpikir keras, bagaimana caranya menyenangkan orang – orang disekelilingku? Mati – matian berpikir tentang apa yang harus kulakukan agar bisa disukai orang lain? Tidakkah kau berpikir, betapa bodohnya aku? Bagaimana mungkin aku bisa menceriakan sekelilingku, ketika wajahku sendiri justru menampakkan kesuraman yang bahkan membuat seekor nyamukpun enggan untuk mendekat. 

Aku melupakan sesuatu yang remeh, tapi, sebenarnya memiliki kekuatan luar biasa. Tersenyum!!! Seharusnya hanya itu yang kulakukan. Mudah dan tidak mengharuskanku untuk mengeluarkan sepeserpun uang. Bukankah dalam Agamapun dikatakan bahwa sedekah yang paling mudah itu adalah tersenyum.

Mungkin itu yang dinamakan dengan Power Of Smile. Tersenyumlah, maka kau pasti akan bisa meraih dan menyentuh hati mereka. Tersenyumlah, maka merekapun akan tersenyum padamu. Dengan senyum, hati yang keraspun bisa melembut. Lalu, untuk apa bersusah payah memikirkan hal apa yang bisa menyenangkan orang lain, jika seulas senyum saja bisa merubah segalanya.

Ya, seandainya pada hari itu aku memilih untuk tersenyum, mungkin hariku tidak akan seburuk itu. Tidak akan ada adegan maha dahsyat dimana aku mendapat siraman rohani di depan khalayak banyak. Hey, kamu!!! Jika ingin harimu menyenangkan, maka tersenyumlah. Terutama untukmu yang sampai sekarang masih saja pelit senyum # Aku

_Cherry Sakura_

Post a Comment