CHARA!!!
Rintama Kitaoka
Yura Beccarin
Setsuna Seiya
Kiwa Aibara
 Yaone Hanakawa



 BAGIKU. . .
DIA CUKUP SPECIAL. . .
UNTUK KUJADIKAN SEBAGAI DIRINYA. . .

*Graak* (Pintu loker terbuka)
*Sraak* (Surat - surat berhamburan keluar)
Rintama : "Cih, apa - apaan ini?"
Kiwa : "😗 Woow, seperti biasa! (Berdiri di sisi Rintama) Surat - surat cinta selalu menyambutmu di pagi hari. Aku benar - benar iri padamu, Rintama!"
Rintama : ". . ." (Melihat surat yang berhamburan dengan wajah datar)
Kiwa : "Popularitasmu tidak pernah menurun, ya? Lihat ini. . . (Memegang selembar surat) Yaone Senpai masih setia menulis surat untukmu! 😀 Dia benar - benar menyukaimu, teman!"
Rintama : "Cih, terus mengejar orang yang jelas - jelas tidak menyukainya itu yang dinamakan dengan tidak tahu malu!"
Kiwa : "😏 Jangan bicara seperti itu! Kalau ingin menyalahkan, salahkan wajahmu yang selalu membangkitkan hawa nafsu perempuan. . ."
Rintama : 💢*Taak* (Menjitak kepala Kiwa dengan wajah kesal)
Kiwa : "Aow!!!"
Rintama : "Kamu tidak ingin terbakar bersama surat - surat sial itu, kan?" (Bertanya dengan nada dingin / datar)
Kiwa : "😖 Glekh, maafkan aku! Aku bukannya mengatakan wajahmu mesum. Aku hanya mengagumi gen super keluargamu saja! Wajah kalian memang maha dahsyat. . ."
Rintama : *Ctik* (Melirik sinis)
Kiwa : "😥 Sebaiknya aku menutup mulutku!" (Masih memegang surat)
Rintama : "Aku ingin membakar seluruh sampah ini!"
Kiwa : "Kejam sekali. Menulis surat juga memerlukan usaha, lho! Paling tidak bacalah walau hanya satu surat. . ." (Menyodorkan surat)
Rintama : ". . . Kiwa. . ."
Kiwa : "😢 Glekh!! Aku benci kalau nada suaranya berubah seperti ini"
Rintama : "Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?" (Tersenyum manis)
Kiwa : "😲 Ya, ya. Aku akan segera membuang semua sampah ini ke tempat sampah!" (Keringat dingin)
Rintama : "Bagus!" (Ekspresi wajah kembali datar dan beranjak pergi)
Kiwa : "Hhh. . . (Melongo) Seandainya seluruh surat ini untukku!(Mengumpulkan surat) Beruntung sekali menjadi seorang Rintama Kitaoka Seiryu. Terlahir di keluarga yang dianugerahi wajah maha dahsyat dan kayanya tidak ketolongan! Benar - benar keluarga yang sempurna"

*Kelas 2-A*
Rintama : *Tek* (Berhenti menulis)
Yaone : "Aku menyukaimu. . ." (Berdiri di depan meja Rintama dengan gaya angkuh)
Rintama : "Hm. . ."
Kiwa : "Lagi - lagi Yaone Senpai menembak Rintama, padahal sudah sering ditolak. . ." (Duduk di belakang Yura)
Yura : ". . . ." (Melihat ke arah Rintama & Yaone)
Kiwa : "Padahal, Yaone Senpai sudah tahu dengan jelas kalau mereka yang berasal dari klan Seiryu sangat susah untuk jatuh cinta! Aku saja selalu bertanya - tanya, perempuan seperti apa yang disukai Rintama?"
Yura : "Perempuan yang disukainya, ya?"
Kiwa : "Kamu juga pasti ingin tahu, kan?"
Yura : "Tidak!" (Menggeleng sambil tersenyum)
Kiwa : "Eh?"
Yura : "Karena aku sudah tahu perempuan seperti apa yang disukainya!"
Kiwa : "Benarkah? (Kaget) Kamu sudah tahu perempuan seperti apa yang disukai Rintama? Itu benar - benar luar biasa!" (Antusias)
Yaone : "Aku sangat menyukaimu. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menjadi kekasihku!" (Menunjuk Rintama)
Rintama : " . . . (Mengernyitkan alis) Kamu ingin memaksaku?"
Yaone : "Kalau begitu beri aku alasan yang masuk akal, kenapa kamu selalu menolakku?"
Rintama : "Karena aku tidak menyukaimu (Duduk menyandar dengan tangan bersidekap di dada) Jelas?"
Yaone : "Aku tahu kamu tampan (Kesal) Tapi, bukan berarti kamu boleh menolak semua gadis yang menyukaimu, kan?"
Rintama : " . . . Aku tidak menyukai kalian semua, itu saja sudah cukup untuk menjadi alasan. . ." (Santai)
Yaone : "😤 Kamu. . ." (Geram)
Rintama : ". . ."
Yaone : "Kamu menjadi sombong hanya karena memiliki wajah yang tampan. . . (Makin kesal) 💢Kamu benar - benar menyebalkan (Menunjuk - nunjuk wajah Rintama) Dasar junior kurang ajar. . ."
Rintama : "Aku tahu aku tampan (Tersenyum sinis) Kamu tidak perlu berulang kali mengatakannya!"
Yaone : "Ikh, kamu ini menyukai perempuan, kan?"
Rintama : "Hm"
Yaone : "Kalau kamu memang menyukai perempuan dan bukan gay, beritahu aku perempuan seperti apa yang kamu suka sampai - sampai kamu menolak perempuan secantik dan sesexy aku?"
Rintama : "Kamu ingin tahu?" (Sedikit mencondongkan badan ke depan sambil menatap Yaone)
Yaone : *Dheg* (Agak mundur ke belakang) "I. . . Iya, tentu saja!"
Rintama : ". . . Aku. . . (Tersenyum) Sangat menyukai perempuan yang memiliki bola mata berwarna hijau!"
Yaone : "Eh?"
Rintama : "Dan kamu. . . Jelas - jelas tidak memiliki itu! Jadi, jangan lagi menanyakan alasan kenapa aku menolakmu! Apa kamu mengerti?"
Yaone : "Tapi. . ."
Rintama : "Sekarang enyahlah dari hadapanku!" (Menatap dingin)
Yaone : "Ukh, dasar brengsek!" (Pergi dengan kesal)
Kiwa : "Perempuan bermata hijau?"
Yura : "Sudah kuduga. . . Dia pasti akan mengucapkan itu!"
Kiwa : "🤔 Rintama menyukai gadis bermata hijau? Aku baru tahu!"
Yura : "Ya, dia sangat menyukai gadis bermata hijau. . ."
Rintama : ". . ." (Melihat ke arah Yura)
Yura : "Dia selalu berkata. . . Warna mata sehijau Emerald itu sangat indah!" (Balas menatap Rintama)
Rintama : (Tersenyum)
Yura : ". . .Tapi, hal itu. . . Tidak berlaku untukku!" (Bergumam dalam hati sambil tersenyum)
Kiwa : "Apa aku tidak salah lihat? (Mengucek - ngucek mata) 😨 Sepertinya tadi aku melihat Rintama tersenyum padamu, Beccarin!"
Yura : "Eh, benarkah?"
Kiwa : "😧 Aneh sekali melihat Rintama tersenyum seperti itu mengingat selama ini, dia tersenyum padaku hanya ketika dia sedang bernafsu ingin membakarku bersama surat - surat yang dibencinya itu!"
Rintama : ". . ." (Kembali fokus menulis)
Yura : "Tapi, dia selalu tersenyum seperti itu padaku (Suara pelan seperti bicara pada diri sendiri) Karena baginya. . . Aku special!"

*Grak* (Pintu loker terbuka)
*Srak* (Surat - surat berhamburan)
Rintama : "Kh.  Apa - apaan ini? (Melihat Kiwa dengan kesal) Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk membuang semua surat sial ini?"
Kiwa : "😰 Hieeee. . . (Wajah pucat) Tadi pagi aku sudah membuang semua surat cinta itu, kok!"
Rintama : "Lalu ini apa?"
Kiwa : "😕 Sepertinya ini surat - surat baru! (Kebingungan) Aku juga heran, kenapa gadis - gadis bodoh itu tak pernah lelah untuk menulis surat cinta yang bahkan tak pernah dibaca? (Mengumpulkan surat sambil menangis sekaligus kesal) 😥 💢 Mereka benar - benar menyusahkanku!" (Meratap)
Rintama : "Seperti biasa. . ."
Kiwa : "Eh?" (Agak tersentak dan spontan melihat ke arah Rintama)
Rintama : "Senyummu manis sekali!" (Memandang foto yang ada di dalam loker)
Kiwa : "Ng? (Memeluk tumpukan surat) Siapa gadis itu? Apa dia. . ."
Rintama : "Cinta pertamaku!" (Menyentuh foto)
Kiwa : "Ha?"
Rintama : "Cinta pertama yang tidak akan pernah bisa aku lupakan!"
Kiwa : "Jadi dia. . . Yang membuatmu selalu menolak gadis - gadis yang menyukaimu?"
Rintama : "Ya. Karena mereka semua tidak terlihat sepertinya!"
Kiwa : "Begitu, ya?"
Rintama : "Tapi, saat ini. . . (Seperti sedang berpikir) Ada seseorang yang kupikir bisa menggantikannya, walaupun bagiku dia tidak akan pernah tergantikan!"
Kiwa : "Eh?"
Rintama : "Seseorang. . . Yang sangat special!"
Kiwa : "Special?"

*Kediaman Kitaoka*
*Dapur*
*Trek Trek Trek* (Bunyi pisau)
Setsuna : "Hhh. . . (Memotong - motong daging) Rintama benar - benar sangat menyusahkanku. Dia selalu menyuruhku memotong daging, padahal dia tidak pernah suka makan daging. Menjadi Kiwa jauh lebih menyenangkan. Dia hanya harus membuang surat cinta yang selalu memenuhi loker Rintama. . ." (Merapikan potongan daging)

*Ruangan*
Rintama : ". . ." (Berdiri di dekat jendela sambil melihat keluar)
*Sets* (Seseorang memeluk dari belakang)
Rintama : "Kamu sudah datang?" (Tatapan tetap fokus melihat ke luar jendela)
Yura : "Apa yang sedang kamu pikirkan?" (Memeluk Rintama)
Rintama : "Memikirkan cara. . . Bagaimana supaya pohon Sakura itu bisa kembali berbunga?" (Menatap pohon Sakura yang gundul)
Yura : "Ah. Bukankah pohon itu sudah mati? Mana mungkin bisa berbunga lagi!" 
Rintama : "Begitu, ya? Sayang sekali. . . Padahal, aku sangat menyukainya!"
Yura : "Apa tidak sebaiknya ditebang saja dan diganti dengan yang baru?"
Rintama : "Tidak. Pohon itu akan tetap ada di sana! Aku akan merasa sangat kesepian kalau pohon itu sampai tidak ada lagi!"
Setsuna : "Rintama, bisa kamu bantu aku membuang sampah - sampah ini?"
Yura : "Temanmu memerlukan bantuan?" (Melepas pelukan)
Rintama : "Ck. Kamu menyuruhku membuang sampah? Lalu, apa gunanya kamu ada di sini?"
Setsuna : "Sampah ini terlalu banyak. Aku tidak bisa membawanya dengan kedua tanganku!" (Mendatangi Rintama)
Rintama : "Cih. Padahal, sudah kukatakan untuk tidak menumpuk sampah!"
Setsuna : "Kamu lupa kalau kamu yang menyebabkan sampah - sampah itu menumpuk?"
 Rintama : "Hhh, (Melihat ke arah Yura) Kamu tunggulah di sini! Aku tidak akan lama. . ."
Yura : "Baiklah. . ."
Setsuna : (Melihat sekilas ke arah Yura sambil tersenyum lalu pergi mengikuti Rintama)

*Dapur*
Setsuna : "Siapa gadis itu?" (Sambil merapikan bungkusan plastik)
Rintama : "Apa perlu kamu bertanya? Kamu pasti sudah tahu jawabannya!"
Setsuna : "Dia bahkan tidak terlihat mirip dengan cinta pertamamu itu!"
Rintama : "Tidak mirip, ya?"
Setsuna : "Ya, benar - benar tidak mirip. . ."
Rintama : "Tapi, bagiku. . . Dia cukup special untuk kujadikan sebagai dirinya!"
 Setsuna : "Kamu masih belum menyerah?" (Menatap Rintama dengan tatapan bertanya)
Rintama : "Menyerah? Kamu lupa. . . Seorang Seiryu harus mendapatkan yang diinginkannya! Tidak peduli apapun caranya!"

*Ruangan*
Yura : (Kaget sambil memegang album foto) "Apa - apaan ini?"
Setsuna: "😊 Wah, apa yang sedang kamu pegang itu? (Tersenyum manis) Rintama paling tidak suka, lho, orang lain menyentuh barang - barangnya! Apalagi. . . Kalau barang itu menyangkut cinta pertamanya"
Yura : "Ini. . . Cinta pertamanya?"
Setsuna : "Kamu tidak merusak satupun foto yang ada di dalam sana, kan?" (Memasang wajah khawatir)
*Sets* (Seseorang menarik album dari tangan Yura)
Yura : "Ah?"
Rintama : "Ini barang yang sangat penting bagiku. Jangan menyentuhnya sembarangan!"
*Plak* (Ditampar Yura)
Rintama : ". . ." (Tidak berekspresi)
Yura : "Kamu masih belum bisa melupakannya? Aku ada di sisimu, tapi, kenapa kamu masih belum bisa melupakannya?"
Rintama : "Jangan memintaku melakukan sesuatu yang tidak bisa kulakukan! (Menaruh album foto ke atas meja dengan hati - hati) Bagaimana mungkin aku melupakan seseorang yang sangat penting bagiku? Itu sama saja kamu menyuruhku untuk mati!"
Setsuna : "Pipimu berdarah, Rin!" (Menyerahkan tissue pada Rintama)
Rintama : (Membersihkan darah di pipi)
Yura : "Apa kamu berbohong saat mengatakan padaku kalau aku adalah orang yang special bagimu? Kamu mengatakan. . . Kamu menyukai gadis bermata hijau, tapi, itu tidak berlaku untukku! Apa semua itu bohong?"
Rintama : "Tidak!"
Yura : "Kalau begitu, kenapa kamu masih menyimpan kenangan tentangnya?"
Rintama : "Karena bagiku. . . Dia tidak akan pernah terlupakan!"
Yura : "Jadi semua itu bohong? (Airmata menetes) Aku bukanlah orang yang special untukmu!"
Rintama : "Tidak. Tidak seperti itu!" (Jalan mendekati Yura)
Yura : "Kamu bohong!" (Mundur)
Rintama : "Semua yang kukatakan padamu benar (Berdiri di depan Yura) Percayalah padaku. . ." (Memeluk Yura)
Yura : "Aku. . ."
Rintama : "Kamu benar - benar. . . Special bagiku! Sangat special. Karena melalui dirimu, mungkin aku bisa memilikinya lagi!"
Yura : "Apa maksudmu?" (Kaget campur cemas)
Rintama : "Aku menyukaimu (Tersenyum miring sambil menatap Yura) Hanya saja. . . (Menyentuh wajah Yura) Aku tidak pernah bisa menyukai warna matamu! Bola mata berwarna ungu seperti itu bukan tipeku!"
Yura : *Dheg* (Mulai takut)

Kiwa : "Aneh sekali melihat Rintama tersenyum seperti itu, mengingat selama ini dia tersenyum padaku hanya ketika dia bernafsu ingin membakarku!"

Yura : "Ri. . . Rintama?" (Takut dan waswas)
Rintama : "Kalau kamu memang menyukaiku, bersediakah kamu mengubahnya untukku?" (Memegang pisau)

KYAAAAAAAAAAA

Rintama : "Cih!" 
*Trang* (Melempar pisau)
Setsuna : "Kenapa lagi? Apa ada yang salah?"
Rintama : "Lagi - lagi warna matanya tidak seperti yang aku inginkan!"
Setsuna : "Menurutku warna matanya tidak seburuk yang sudah - sudah! Ini cukup indah. . ."
Rintama : "Tidak (Menggeleng dengan frustasi) Aku tidak melihat kehangatan di matanya! Ini tidak seperti yang kuinginkan. Matanya tidak seperti ini!"
 Setsuna : "Lalu, kita harus bagaimana?"
Rintama : "Tentu saja mencari seseorang yang cukup special untuk kujadikan sebagai dirinya!"
Setsuna : "😥 Yang benar saja? (Menatap dengan ekspresi wajah lelah) Kamu ini gerak cepat sekali . Paling tidak tunggulah beberapa minggu lagi untuk menumpuk
sampah baru! Aku masih harus membersihkan sampah ini. . ."
Rintama : "Jadikan saja sebagai makanan anjing. Aku tidak peduli!"(Berlalu pergi)
Setsuna : "Hhh, dia benar - benar suka berbuat seenaknya! Apa dia tidak tahu kalau memotong daging besar itu sangat melelahkan? (Mengambil pisau daging) Lagi - lagi aku harus lembur!"


*Grrak* (Pintu loker terbuka)
*Sraaak* (Surat - surat berhamburan)
Rintama : "Cih, lagi - lagi. . ."
Reika : "Rintama Kitaoka. . ."
Rintama : "Hm?" (Menoleh)
Reika : "Terimalah ini. . . (Menyodorkan sekotak coklat) Aku sangat menyukaimu! Maukah kamu menjadi kekasihku?"
Rintama : ". . . (Mengamati Reika) Kamu tidak memiliki mata yang kusuka. . ."
Reika : "Eh?"
Rintama : "Aku tidak menyukainya. . ."
Reika : "Hump. Kalau kamu bersedia menjadi kekasihku, aku akan memakai softlens dengan warna yang kamu inginkan selama bersamamu!"
Rintama : "Kamu tidak perlu melakukan itu. . ."
Reika : "Eh, tapi. . ."
Rintama : "Aku memang sangat menyukai gadis berbola mata hijau (Tersenyum miring) Tapi, itu tak berlaku untukmu! Karena bagiku kamu cukup special untuk kujadikan sebagai dirinya!"

FIN
Pertama ditulis : Selasa /- 7 April 2015

_Cherry Sakura_

Halaman tambahan :
*Sraaak* (Buku terlempar)
C.S : "😲 Gyaaa. Yura, apa yang kamu lakukan?" (Teriak histeris)
Yura : "😤 Cerita macam apa ini? (Kesal) Kenapa endingnya tidak ada yang menyenangkan?"
Chimo : "😌 Untunglah bukan aku dan Ezuki yang jadi main chara di cerita ini" (Bernafas lega)
C.S : "😒 Aku juga heran. Padahal selama aku menulis cerita ini, aku mendengarkan lagu SNSD Taetiseo "Only You", tapi, kenapa malah jadi seperti cerita thriller seperti ini?" (Kebingungan)
Aso : "😧 Rintama memang paling berbakat berperan psiko, ya?" (Bergidik)



Post a Comment