*Depan Gerbang SMA Kaei*
Airi : "😲 Aku harus secepatnya menyingkir dari wilayah mematikan ini! (Berlari sambil melihat jam tangan dengan panik) 😨 Du. . . Dua belas detik lagi! Aku harus berhasil!" (Berlari sekuat tenaga) 
*Brwooosh* (Debu menggumpal dari arah gedung sekolah)
Airi : "Gawat!!! Mereka lebih cepat!" (Berhenti berlari)
Cewek : "Kyaaaaa" (Berlari menuju gerbang)
Airi : "😭 Kenapa di saat seperti ini mereka semua bisa berlari layaknya atlet? Aku tidak  mau diinjak - injak di pagi yang cerah begini. . ."
*Gyut* (Lengan tiba - tiba ditarik seseorang)
Airi : "Eh?"
Ares : "Dasar bodoh. Kalau tidak mau diinjak - injak, jangan hanya berdiri pasrah di sana!" (Berdiri di depan Airi)
Airi : "A. . . Ares?"
Ares : "Hm?"
Airi : "😧 Kenapa malah kamu yang muncul? Ini tidak seperti yang kuharapkan. Mimpiku hancur berantakan!😲"
Ares : "Berisik!!! Kamu ingin Aren yang menyelamatkanmu? Ck, itu hanya akan ada dalam mimpimu. . ."
Airi : "😢 Akan lebih so sweet kalau Aren yang muncul!"
Ares : "Hm? (Mengalihkan pandangan ke kumpulan para gadis) Airi, kamu tidak berminat untuk bergabung dengan gadis - gadis bodoh itu?"
Airi : "Maaf saja, ya. . . (Tersenyum bangga) Tapi, aku tidak bodoh seperti gadis - gadis itu!"
Ares : "Oh ya? (Melirik Airi) Tapi, aku selalu melihatmu memasang wajah bodoh setiap kali melihat Aren!"
Airi : "😚 Aih. . . (Tersipu malu) Itu karena Aren terlihat begitu manis! Eh!!! Lagipula, itu bukan wajah bodoh! (Mendelik sinis ke arah Ares) Itu ekspresi terpesona, tahu!"
Ares : "Tetap saja terlihat seperti ekspresi orang bodoh! (Cuek) Mana ada orang normal yang terpesona sampai meneteskan air liur begitu?"
Airi : "😤 Ikh! Aku tidak seperti itu (Kesal) Ngomong - ngomong kalian berdua, kan, kembar, tapi, kenapa wajahmu tidak ada manis - manisnya seperti Aren? 😧 Ah! Kamu pasti masih sering berkencan dengan sembarang gadis makanya wajahmu semakin terlihat bejad dari hari ke hari?"
*Taak* (Kepala tiba - tiba dijitak)
Airi : "Aow. . ."
Ares : "Aku tidak berkencan dengan sembarang gadis! (Menyandar di pohon) Mereka semua masih menunggu? Memangnya mereka semua fans club siapa?"
Airi : "😑 Rhein Yamazakura. . ." (Menjawab dengan malas - malasan)
Ares : "Dari mana kamu tahu kalau mereka fans dari Rhein Yamazakura?"
Airi : "Di sekolah ini ada lima jenis fans yang paling berbahaya! Fans Rion Seiryu senpai, Ezuki Himawari senpai, Ran Saionji senpai, Rhein Yamazakura dan juga Aren! 😤 Fans terkutuk yang sering menginjak - injakku adalah fans Rhein Yamazakura. Sial!!!" (Menggerutu)
Ares : "Oh!"
Airi : "Hhh. Untunglah yang bernama Rintama Kitaoka dan Servi Shinozaki dulu tidak bersekolah di sini! Kalau iya, aku yakin setiap hari akan terjadi pertumpahan darah. . ."
Ares : "Aku sama sekali tidak menyangka kalau Aren bisa punya banyak fans. . ."
Airi : "😍 Aren manis, sich! Tentu saja fansnya banyak. . ."
Ares : "Ck!" (Melengos)
Airi : "😝 Kenapa kamu mendengus tidak suka begitu? Kenyataannya Aren memang manis, kok! Kamu iri, ya? Iri, ya?"
Ares : "Cih, untuk apa aku iri pada orang yang memiliki duplicat wajahku?"
*Blaaam* (Seseorang keluar dari dalam mobil)
Cewek : "Kyaaaaa. Yamazakura-kun!!! Rhein-koi!!! Rhein- sama!!!"
Airi : "😨Mereka semua mulai bertingkah seperti orang gila?" (Bergidik)
Ares : "Dia teman sekelasmu, kan?"
Airi : "😗 Kami memang sekelas, tapi, dia bukan temanku!" (Mengerucutkan bibir)
Ares : "Dia tampan juga! (Memperhatikan Rhein) Kenapa kamu tidak bergabung saja? Bukankah tipe pangeran seperti itu kesukaanmu?"
Airi : "😒 Tidak akan dan aku sama sekali tidak berminat!" (Mengibas - ngibaskan tangan)
Ares : ". . . (Mengernyitkan alis) Apa kamu normal?" (Menatap Airi dengan tatapan bertanya)
Airi : "Tentu saja aku normal! (Mendengus) Kalau tidak, mana mungkin aku bisa menyukai Aren?" 
Ares : "Menurutku, dia jauh lebih keren untuk kamu sukai daripada Aren!"
Airi : "Aren jauh lebih berperasaan dari pada manusia itu!"
Ares : "Hm?"
Rhein : ". . ." (Melewati Airi dan Ares)
Airi : "Dia benar - benar tidak pantas untuk disukai" (Bergumam perlahan)
Ares : "Sepertinya kamu mengenalnya dengan baik?"
Airi : "😤💢 Ikh, aku sama sekali tidak kenal dia!" (Kesal sambil berlalu meninggalkan Ares)
Ares : "Terlihat jelas kalau kamu memang mengenalnya, bodoh!"

*Kelas 2-B*
Airi : "Chika, selamat pagi!" (Duduk)
Chika : "Ah, selamat pagi, Airi! ☺️Pakaianmu rapi, ya? Pasti ditolong Shirazaki's Devil lagi. . ."
Airi : "😟 Padahal aku inginnya ditolong Aren. . . (Berkabung) Pangeran berwajah malaikat yang berhati lembut itu benar - benar mempesona. Seharusnya aku ditolong olehnya. . ."
Chika : "Setiap hari kamu selalu diselamatkan Shirazaki's Devil dari tsunami manusia, kenapa kamu tidak menyukai dia saja, sich? Lagipula, mereka berdua, kan, kembar. . ."
Airi : "No, no, no. Ares itu bejad! Dimana - mana lebih baik menyukai malaikat daripada iblis. . ."
Chika : "Itu, kan, hanya rumor. Aku tidak pernah melihat Shirazaki's Devil menggoda gadis, justru gadis - gadis itu yang menggoda Shirazaki's Devil dengan godaan yang maha dahsyat!"
Airi : "😍 💞 Aih, Aren itu manis sekali! Dia benar - benar pangeran dalam wujud nyata. . ."
Chika : "Kamu benar - benar menyukai Shirazaki's Angel?"
Airi : "Sangat. . . Sangat. . . Sangat menyukainya!"
Chika : "Apa dia cinta pertamamu?"
Airi : *Dheg*
Chika : "Jadi dia benar - benar cinta pertamamu?"
Airi : 😟 *Zruuuung* (Ekspresi wajah tiba - tiba berubah)
Chika : "Hyaaa. . . (Kaget) Kenapa wajahmu mendadak jadi seperti zombie begitu? Apa aku salah bicara?"
Airi : "😭 Huweeeee. . . (Menelungkupkan wajah di meja) Jangan mengingatkanku tentang pengalaman buruk itu! Aku benar - benar menyesal sudah menyukai iblis! Tidak akan kuulangi lagi. Tidak akan!!!"
Chika : "Kisah cinta pertamamu berakhir dengan mengenaskan, ya?"
Airi : "Berakhir sebelum dimulai, hiks!"
Chika : "Aku jadi penasaran dengan apa yang sudah terjadi?"
Rhein : ". . ." (Masuk kelas)
Cewek : "Yamazakura, selamat pagi!"
Chika : "😊 Yamazakura semakin terlihat tampan saja, ya? Eh, kamu tidak mau menyapanya? Kamu suka sekali laki - laki bertipe pangeran seperti itu, kan?"
Airi : "Ck, dia sama sekali bukan tipeku! (Menggelengkan kepala) Pangeran tidak sepertinya, tahu!"
Chika : "Penampilannya sempurna begitu dan kamu bilang dia tidak terlihat seperti pangeran? Matamu miopi atau silindris?"
Airi : "Justru karena mataku normal makanya kukatakan pangeran tidak sepertinya. . . (Mengalihkan pandangan ke arah jendela) 💞 Ouch, pangeran sesungguhnya sedang ada di sana! (Wajah terpesona) Aren memang manis sekali, ya? Aku suka! Aku suka!" (Wajah nyaris menempel di kaca)
Chika : "Sepertinya matamu memang hanya diperuntukkan untuk melihat Shirazaki's Angel saja?"
Rhein : ". . ." (Melihat ke arah Airi)
Airi : "Berharap suatu hari nanti aku bisa kencan dengan Aren! Ah, sepulang sekolah nanti akan kutanyakan tipe perempuan kesukaan Aren pada Ares!"
Chika : "Kenapa kamu tidak kencan dengan orang yang dekat denganmu saja, sich? Daripada mengharapkan yang tidak jelas!"
Airi : "😍 Aren, aku ingin jadi istrimu!!!" (Nemplok di kaca jendela)
Chika : "Benar - benar sudah cinta mati rupanya!"

*Ruang Klub Memanah*
Airi : "Hmm" (Berdiri dengan tenang)
*Taak* (Tiba - tiba membanting buku kecil ke lantai)
Airi : " 💢 Grrrr. Kemana perginya playboy satu itu? Bukannya jam segini dia biasa berlatih memanah di sini? Jangan bilang kalau sekarang dia sedang berolahraga dengan cara yang lain. Dasar mesum! Gadis mana lagi yang saat ini jadi korbannya? (Melangkah dengan gontai) 😥 Aku, kan, hanya ingin bertanya tentang tipe perempuan yang disukai Aren. . ."
*Tap tap tap*
Airi : "Ng? (Melihat ke arah gudang) Kenapa setiap kali aku melihat gudang ini rasanya seperti ada aura mistis yang keluar, ya? Tempat ini pasti terkutuk dan tempat terkutuk seperti ini biasanya berpotensi bikin sial. Harus dihindari!" (Bergegas mau pergi)
*Akh!*
Airi : "😱 Su. . . (Melengah dengan ekspresi horror) Suara rintihan laki - laki? Orang bodoh mana yang berani berbuat mesum di tempat kotor seperti itu? Tidak mau terlibat. Tidak mau terlibat!" (Buru - buru mau pergi)
*Kamu kasar sekali*
Airi : "Suara ini. . . (Mendadak berhenti) A, Ares?"
*Kamu boleh menciumku, tapi, tidak perlu sampai merusak kemejaku, kan?"
Airi : "😠 I. . . (Geram) Ini  benar - benar suara Ares?" (Mendekati pintu)
*Kamu terlalu kasar. Lemah lembutlah sedikit! Kalau tidak, aku akan berteriak!*
Airi : "Dasar bodoh, kenapa malah kamu yang ingin berteriak?"
*Dhuak* (Menendang pintu)
Airi : "💢 Apa kamu sudah gila? (Kesal) Bisa - bisanya kamu melakukan hal seperti ini di lingkungan sekolah! Kalau ketahuan, kamu bisa dikeluar. . ."
Cowok 1 : "Eh?" (Menoleh)
Airi : "Kan?" (Melongo)
Cowok 1 : (Kemeja sobek)
Cowok 2 : (Telanjang dada sambil memegang bahu cowok 1)
Cowok 1 + Airi : "😲😲Aaaaaaakh!" (Saling menunjuk dengan ekspresi kaget)
Airi : "😨 Bisa - bisanya aku salah mengenali suara? (Mundur dalam keadaan schok) A. . . Aren? Kamu benar- benar Aren?"
Aren : "Ai. . . Airi, tenang dulu! (Mau mengancing baju) Akh, kemejaku tidak bisa dikancing! Ini gara - gara kamu merobek kemejaku, Rhein!"
Rhein : "Tenang saja. . . (Nada suara dan ekspresi tetap tenang) Aku sudah membawakanmu kemeja cadangan. . ."
Airi : "Mungkin Chika benar. Mataku pasti bermasalah! (Duduk jongkok dalam keadaan schok) " 😧 Ini pasti hanya halusinasi, kan?" (Melirik ke arah Aren yang sibuk mengancing kemeja) "Huweeee, masih jauh lebih baik aku melihat Ares yang bermesraan dengan banyak gadis daripada menyaksikan adegan maha dahsyat seperti ini! 😒 Dan lagi. . . (Ekspresi sedih berubah menjadi ekspresi kesal) 😡 Kenapa harus dengan orang yang kubenci!"
Rhein : "Kenapa kamu ada di sini?" (Menatap sinis)
Airi : "😯 Eh? (Kembali sadar) Benar juga! (Mendadak berdiri) Ini bukan waktunya untuk meratapi pemandangan langka seperti ini. Tapi. . ." (Melihat Aren)
Aren : "Ng?"
Airi : "😭 Huweeee. . . (Histeris) Ini lebih mengejutkan daripada aku melihat adegan paman Killua yang sedang menenteng kepala hantu. . ." (Meratap di lantai)
Aren : "Ai. . . Airi, tenanglah! Yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan. . . Aku dan Rhein hanya sedang bermain - main!" (Berusaha menenangkan Airi)
Rhein : "Ck! Kenapa kamu harus bersusah payah menjelaskan padanya? Kita memang akan. . ."
Aren : "Airi. Kamu percaya padaku, kan?"
Airi : "Aku pasti berhalusinasi. Ini tidak nyata! (Linglung sambil memegang kepala) Mungkin ini yang dinamakan dengan halusinasi pendengaran sekaligus penglihatan. . ."
Aren : "Dia benar - benar schok. Rhein, apa yang harus kita lakukan?"
Airi : "Ng?" (Memandang Aren lalu Rhein)
Rhein : "Hm?" (Menatap dingin)
Airi : "Huwaaaa. Areeeeees!!!"
*Psuuuung* (Lari)
Aren : "Ekh!!! Airi, kamu mau ke mana?" (Mau mengejar Airi)
Rhein : "Apa perlu kamu mengejarnya?"
Aren : "Bukan hanya aku (Panik) Kamu juga harus mengejarnya! Jangan diam saja. . ."
Rhein : "Cih, benar - benar merepotkan!" (Memakai kemeja)


*Halaman*
Airi : "😱 Seharusnya dari dulu aku curiga, kenapa cowok sepopuler Aren sampai sekarang tidak punya pacar? (Lari dengan kecepatan penuh) Ternyata pacarnya berpotensi membuat kejiwaan siapapun yang tahu terganggu! (Berhenti mendadak) Tunggu dulu, yang kulihat tadi belum tentu Aren! Bisa saja itu Ares. Yup, itu pasti Ares!"

Aren : (Tersenyum)

Airi : "Tapi. . . 😢 Ares tidak punya senyum semanis itu! Kenyataan ini begitu sakit untuk kuterima. . ." (Mau melangkah)
*Dhuk* (Menabrak seseorang)
Airi : "Akh! 😱 Gyaaaa. . . (Spontan mundur) Kenapa tiba - tiba kamu bisa ada di depanku? Bukannya tadi di belakangku?"
Aren : "Airi, dengarkan dulu penjelasanku! Yang kamu lihat itu. . ."
Airi : "😵 Pasti hanya halusinasi saja, kan? (Tersenyum canggung) Tenang saja, Aren. Setelah ini aku akan pergi ke Psikiater!"
Aren : "Tapi. . ."
Airi : "💢Apa lagi? Jangan membuatku semakin yakin kalau yang kulihat itu memang nyata!" (Beringsut mau pergi)
Aren : "Airi. . ." (Menghalangi jalan Airi)
Airi : "Aku ingin secepatnya menenangkan diri 😲 (Kesal) Kenapa kamu malah menghalangi jalanku? Sudahlah, kamu tidak perlu menjelaskan apapun. Aku makin schok mendengarkan penjelasanmu!" (Mau pergi)
*Grep* (Lengan kanan ditarik dengan kasar)
Rhein : ". . ." (Memegang lengan Airi)
Airi : "😨 Ke. . . Kenapa kamu juga harus muncul di sini?" (Menatap horror)
Rhein : "Aku dan Aren memang sepasang kekasih!"
Aren : "Rhein (Kaget) Kenapa kamu malah mengatakan yang sebenarnya?"
Airi : "😰 Perlukah kamu mengatakan itu padaku?" (Melongo)
Rhein : (Menatap tajam)
Airi : "Oke, oke. Tidak perlu kamu katakan, aku sudah mengerti dengan maksud dari tatapanmu itu! Aku tidak akan memberitahu siapapun tentang hubungan terlarang kalian. . ."
Rhein : "Ku pegang kata - katamu. . . (Melepaskan pegangan di tangan Airi) Masalah sudah selesai, Aren! Sekarang kita bisa pulang. . ."
Aren : "Eh, baiklah!" (Mengikuti Rhein)
Airi : "😫 Aku benar - benar sial. Kenapa aku selalu menyukai orang yang salah? Mungkin ini pertanda dari Tuhan kalau aku tidak boleh jatuh cinta!" (Jongkok di tanah)
Rhein : "Oh ya. . ."
Airi : "💨 Grrr. . . (Kesal sekaligus takut) Apa lagi yang mau kamu katakan?"
Rhein : "Kalau sampai kamu membocorkan rahasia kami berdua, aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan kamu lupakan seumur hidupmu!" (Menatap sinis)
Airi : "Glekh! A. . . Aku mengerti!"
Rhein : (Jalan meninggalkan Airi)
Aren : "Ancamanmu itu menakutkan, Rhein!" (Mengikuti Rhein)
Airi : "💧💢Apa - apaan orang itu? Seharusnya yang berada di posisi mengancam itu aku, bukannya dia! Eh!!! Itu benar. 😬 Seharusnya aku yang mengancam mereka berdua!" (Tersenyum lebar)


*Pagi*
*SMA Kaei*
*Koridor*
Airi : "Hooo (Melihat ke arah gerbang) Kasihan sekali gadis - gadis itu! Mereka pasti akan histeris sampai mati kalau  tahu pangeran pujaan mereka ternyata gay. . ."
*Tok* (Kepala diketok)
Airi : "Aow. . . (Memegang kepala yang diketok) Kenapa kamu suka sekali memukul kepalaku? Kamu ingin menghambat pertumbuhan tinggi badanku?"
Ares : "Hm?" (Berdiri sambil memegang sekotak susu strawberrry)
Airi : "😍 Susu strawberry!!!" (Spontan merampas kotak susu dari tangan Ares)
Ares : "Dari tadi kamu bergumam tidak jelas. Apa otakmu ikut - ikutan konslet seperti gerombolan gadis menyedihkan di sana?"
Airi : "Jangan menyamakanku dengan gadis - gadis menyedihkan di sana karena aku sama sekali tidak menyedihkan seperti mereka!"
Ares : "Apa kamu tidak bercermin pagi ini? (Mengamati wajah Airi) Wajahmu sudah seperti salah satu korban perang. Apa semalaman kamu sibuk memikirkan cara agar bisa diselamatkan Aren sampai tidak bisa tidur?"
Airi : *Zruuuung* (Mendadak suram)
Ares : "Kenapa reaksimu tidak seperti biasanya?" (Heran)
Airi : ". . ." (Melirik Ares sambil minum susu kotak) "Aku jadi penasaran. Apa Ares sudah tahu kenyataan mengerikan tentang hubungan Aren dan Rhein? Ikh!!! Pasti Rhein yang sudah memaksa Aren yang lugu agar mau berpacaran dengannya!" 
*Grek* (Menggenggam kotak susu sampai hancur)
Ares : "Ada apa denganmu? Kamu sudah tidak menyukai susu strawberry lagi sampai dihancurkan seperti itu?"
Airi : "Ares. . . (Tiba - tiba menggenggam tangan Ares) Kamu harus membantuku!"
Ares : "Ha?"
Airi : "Apa kamu sudah tahu kalau sebenarnya Aren. . ."
Ares : "Hm. Aren kenapa?"
Airi : "Tapi, kamu harus kuat saat mendengarkan hal ini! Kemaren aku. . ."
*Ngeeek* (Leher tiba - tiba dirangkul dari belakang dengan kuat)
Airi : "😲 Hyaaaaa"
Ares : "Yamazakura?"
Rhein : "Pagi ini cerah sekali, ya?" (Menyapa dengan malas - malasan)
Airi : "😨 Kenapa kamu ada di sini? (Kaget + Kesal) Bukankah seharusnya kamu masih di gerbang bersama pasukan pemujamu?"
Rhein : (Menyeringai)
Airi : "Ka. . . Kamu tidak perlu memaksakan dirimu untuk tersenyum kalau memang tidak mau! (Bergidik seram) Kamu terlihat seperti dracula haus darah, tahu!"
Rhein : "Aku sengaja melarikan diri agar bisa secepatnya bertemu denganmu!"
Airi : "Ha?"
Rhein : "Ayo, ke kelas bersamaku!" (Menarik tangan Airi)
Airi : "Eeeeh, apa yang kamu lakukan? Aku masih ingin berbincang - bincang dengan Ares!"
*Grep* (Tangan kiri dipegang)
Ares : "Apa kamu tidak mendengar apa yang dia katakan? (Memegang tangan kiri Airi) Dia masih ingin bicara denganku!"
Rhein : "Ck!" (Menatap Ares dengan sinis)
Ares : (Balas menatap tajam Rhein)
Rhein : "Rambut gulali?"
Airi : "💨 Siapa yang kamu maksud dengan rambut gulali?"
Rhein : "Kuberi kamu waktu 5 menit untuk bicara dengannya. . . (Melepaskan genggaman) Kalau sampai lebih dari 5 menit kamu tidak datang menemuiku, aku akan menyeretmu! Ingat itu. . ." (Beranjak pergi)
Airi : "Ha? (Melongo) Kenapa aku harus mendengarkan kata - katanya? Areeeeees. (Mengguncang - guncang tangan Ares) Kamu harus melindungiku dari iblis itu!"
Ares : "Sebenarnya ada apa dengan kalian? Dan sejak kapan kalian berdua jadi akrap seperti itu?"
Airi : "😫 Akrap dari segi mananyaaaaa? Keselamatanku terancam. Berdasarkan cerita 'Not Him, But I' yang kubaca, setelah ini yang satunya pasti akan datang! Aku harus secepatnya pergi. . ." (Mau pergi)
*Grep* (Dipeluk dari depan)
Airi : "Gyaaaa!!!"
Aren : "😄 Kenapa kamu terburu - buru seperti itu, Airi? (Tersenyum sambil memeluk Airi) Kamu hampir saja menciumku. . ."
Ares : "Aren?"
Aren : "Ah, kamu juga ada di sini, Ares? (Melepaskan pelukan) Tumben kamu bersama dengan Airi. . ."
Ares : "Apa kepalamu terbentur sesuatu? Bukannya setiap pagi aku memang selalu bersamanya? Yang aneh itu justru kamu dan Yamazakura. . ."
Airi : "🤣 Ares. Kamu memang peka!" (Girang)
Aren : (Melirik Airi)
Ares : "Apa kemaren terjadi sesuatu?"
Airi : "😍 Kamu juga jenius! (Bersemangat) Sebenarnya kemaren. . ."
Aren : "Airi. . . (Tersenyum) Jangan membuat Rhein terlalu lama menunggu!"
Airi : "Eh?"
Aren : "Rhein yang sedang kesal bisa melakukan sesuatu. . .Yang tidak akan bisa kamu lupakan seumur hidupmu!"
Airi : "Grrr, aku benar - benar membenci orang itu! Areeees. . . (Memandang Ares dengan tatapan menghiba) Antaaaaaar!"
Aren: "Airi, maaf. Untuk saat ini, aku ingin berdua dengan saudara kembarku! 😉(Mengedipkan mata) Kamu bisa pergi sendiri, kan? Lagipula, kelasmu tidak jauh!"
Airi : "Ikh! (Menghentakkan kaki) Kenapa yang menungguku harus iblis itu dan bukannya pangeran?" (Pergi dengan tidak ikhlas)
Ares : "Ada apa denganmu hari ini? (Melihat ke arah Aren) Sejak kapan kamu senang menghabiskan waktu denganku?"
Aren : "Sesekali aku ingin berdua denganmu! 😁 Sebagai saudara kembar, seharusnya kita lebih akrap dan kompak" (Merangkul pundak Ares)
Ares : "Ikh! Berhenti melakukan hal yang menjijikkan (Menepis tangan Aren) Kamu membuatku ingin muntah, tahu!"
Aren : "Kenapa? (Tatapan menghiba) Aku, kan, hanya ingin memeluk saudaraku sendiri! Biasanya kamu suka sekali kalau dipeluk. . ."
Ares : "Aku sukanya dipeluk perempuan, bukannya laki - laki! Aku tidak ingin terlihat seperti laki - laki gay. . . (Beranjak pergi meninggalkan Aren) Hari ini benar - benar aneh. . ."
Aren : "Hm. .  . (Menyandar di dinding) Benar - benar gawat kalau sampai Ares tahu yang sebenarnya. . ."
- " - : "Shirazaki, selamat pagi!"
Aren : (Tersenyum)
- " - : "Dia manis sekali, ya?" (Berbisik)
Aren : "Kenapa Airi masih ingat kejadian kemaren, ya? Bukannya Rhein sudah melakukan sesuatu?"
Cewek : "Shirazaki. . . (Memeluk lengan Aren) Ke kelas sama - sama, yuk!"
Aren : "Ah, aku masih ada urusan. Kamu ke kelas saja duluan. . ."
Cewek : "Yah. . . (Kecewa) Padahal, aku ingin ke kelas bersama Shirazaki. . ."
Aren : "😊 Maaf. . ."

*Atap*
Aren : "Rhein. . ."
Rhein : "Hm?" (Menyandar di pagar)
Aren : "Kamu bilang semua akan baik - baik saja, tapi, kenapa dia masih ingat dengan kejadian kemaren?"
Rhein : "Aku sudah melakukannya dengan benar (Memijit kepala) Seharusnya berhasil. . ."
Aren : "Lalu, kenapa tidak ada reaksi?"
Rhein : "Apa kamu yakin rambut yang kamu bawa memang rambutnya?"
Aren : "Tentu saja. Di sekolah ini hanya dia satu - satunya yang punya rambut seperti permen kapas! Tidak ada orang lain lagi. . ."
Rhein : "Aneh sekali. Mantra yang kubaca tidak mungkin salah. . ."
Aren : "Hhh. 😖 Ayahku bisa membunuhku kalau sampai tahu yang sebenarnya. . ." (Suram)
Rhein : "Hm?" (Melihat Aren)
Aren : "Ares tidak boleh sampai tahu, apalagi ayahku! Aku masih ingin hidup lama dan damai. . ."
Rhein : "Aren. . ." 
*Dhuk* (Mendorong pelan Aren ke dinding)
Aren : "Rhein, kamu masih belum kapok melakukan hal itu di sekolah? Seseorang bisa memergoki kita seperti kemaren. . ."
Rhein : "Aku bisa menghapus ingatan orang itu. . ."
Aren : "Apa kamu lupa, kamu bahkan belum berhasil menghapus ingatan Airi tentang kita?"
Rhein : "💢Ck! Aku curiga, gadis itu bukan manusia! Sudahlah, jangan merusak moodku dengan menyebut namanya. . ."
Aren : "Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama! Seseorang bisa melihat kita. . ."
Rhein : "Tenang saja, aku sudah memasang sihir! Jadi, tidak akan ada yang datang ke sini (Memegang bahu Aren) Kamu diamlah!"
Aren : Ng?"
Rhein : "Apa lagi? (Kesal) Kenapa susah sekali hanya untuk menciummu? Kalau kamu terus menolak, aku akan benar - benar menyerangmu!"
Aren : "Kamu tidak merasa ada yang aneh? (Menahan dada Rhein) Aura di sini tidak seperti biasanya!"
Rhein : "Memang sengaja kubuat agar auranya terlihat mistik, sama seperti keadaan di gudang. Dengan begitu, tidak akan ada yang berani datang!"
Aren : "Rhein?"
Rhein : "💢 Apa?" (Jengkel)
Aren : "Di sini benar - benar aneh, seperti ada orang lain selain kita!"
Rhein : "Di sini memang banyak hantu gentayangan. Sudahlah, lagipula makhluk tidak kasat mata seperti itu tidak akan mengganggu aktivitas kita!"
Aren : "Tapi, masalahnya. . . Dia kasat mata, Rhein!" (Menunjuk ke belakang Rhein)
Rhein : "Eh?" (Menoleh ke belakang)
Airi : 😯 (Melongo)
Aren : "Ternyata, aura mistis itu bukan berasal dari sihirmu, tapi, karena ada dia!"
Rhein : "Shit!!! Sejak kapan kamu ada di sini?"
Airi : "😲 Seharusnya aku yang bertanya. Bisa - bisanya kalian asyik bermesraan tanpa menyadari keberadaanku! (Histeris) Aku ada di sini sebelum kalian datang, tahu!"
Rhein : "Cih, pantas saja sihirku tidak bereaksi!" (Kesal)
Aren : "Airi. . . (Tersenyum manis) Kamu pasti berniat untuk bolos, ya? Bolos itu tidak baik dilakukan oleh pelajar, lho!"
Airi : "Kamu pikir pantas bicara seperti itu? (Mencemoh) Kalian sendiri sedang bolos, kan? Aku masih mending. . . Bolos untuk membaca buku, bukannya berbuat mesum seperti kalian! (Memperlihatkan buku)
Rhein : *Ctik* (Menatap sinis)
Airi : "Apa??? (Melotot ke arah Rhein) Mau menyuruhku pergi??? Seharusnya kalian yang pergi, bukan aku! (Duduk sambil membuka buku)
*Gyut* (Rambut tiba - tiba ditarik)
Airi : "Gyaaaa. 😲  Apa yang kamu lakukan?"
Aren : "Rhein, kenapa kamu menjambak rambut Airi?"
Rhein : "Mungkin satu helai rambut masih kurang. Akan ku coba dengan banyak rambut!"
Airi : "😧 Apa maksudmu? Kamu tidak bermaksud membotak kepalaku, kan?"
Rhein : (Menyeringai)
Airi : "Jangan seenaknya, ya. Memanjangkan rambut ini susah! (Menepis tangan Rhein) Perjuangannya sampai bertahun - tahun!"
Rhein : "Aku perlu rambutmu!" (Kedua tangan memegang bahu Airi dengan kasar)
Aren : "Rhein. Kamu bisa meminta rambutnya baik - baik! Jangan kasar seperti itu!" (Berusaha menarik Rhein)
Airi : "😭 Mau kamu apakan rambutku? (Panik) Jangan bilang kamu mau mengutukku lewat rambut!"
Rhein : "Jangan banyak bergerak!"
Airi : "Kamu sendiri jangan bersikap seolah - olah mau memperkosaku, dasar laki - laki durjana. Akh! Gyaaaa!!!" (Mau jatuh)
Rhein : "Eh?" (Kerah baju ditarik)
*Gubrak*
Aren : "Akh!!! (Terbelalak kaget) Po. . . Posisinya???"
Rhein + Airi : (Saling menatap dengan tatapan schok / Rhein tidak sengaja mencium Airi)
*Wuuuuush* (Angin berhembus)
Aren : "Ka. . . Kalian baik - baik saja?"
Ares : "Apa - apaan ini?"
Rhe + Ar + Ai : "Eh?"
Rhein : "Ck, sial!" (Buru - buru berdiri)
Ares : "Airi, kamu tidak apa - apa?" (Bergegas ke arah Airi dan membantu Airi berdiri)
Aren : "A. . . Ares, ini tidak seperti yang kamu pikirkan! Sebenarnya mereka berdua. . ."
Airi : "Areeeeeees (Mewek) Aku dilecehkan!!!"
Aren + Rhein : "Hah!!!"
Ares : *Ctik* (Menatap sinis Rhein) Dilecehkan?"
Rhein : "Rambut gulali, jangan asal bicara! (Kesal) Mana mungkin aku melecehkanmu. . ."
Aren : "I, itu benar! Rhein tidak sedang. . ."
Airi : "Seorang laki - laki menindih perempuan, menurutmu itu apa? (Meraung - raung) Huweee. Kalau Ares tidak datang tepat waktu, mungkin aku sudah. . ."
Rhein : "Jangan asal bicara! Aku tidak. . ." (Mau mendatangi Airi)
Ares : "Dasar brengsek. Kamu pikir aku buta sampai tidak bisa melihat apa yang kamu lakukan?" (Mendorong bahu Rhein dengan kasar)
Rhein : "Jangan menyentuhku!"
Ares : "Kamu sendiri menyentuh seorang perempuan sembarangan, brengsek!"
*Dhuak* (Menonjok pipi Rhein)
Rhein : "Ck! 💢 Apa yang kamu lakukan, hah?" (Mau menonjok Ares)
Aren : "Hya!!! (Menahan Rhein) Rhein, kamu jangan memukulnya!"
Rhein : "Kamu jangan menghalangiku! Aku tidak akan memaafkan orang yang sudah dengan seenaknya memukul wajahku!"
Ares : "Laki - laki mesum sepertimu memang pantas diberi pelajaran!"
Rhein : "Kamu bilang aku mesum? Playboy sepertimu memangnya tidak mesum, hah!!!"
Ares : "Aku memang playboy. Tapi, aku tidak pernah mencium seorang gadis tanpa persetujuannya! (Mencengkram kerah baju Rhein) Airi, apa dia meminta ijin sebelum menciummu?"
Airi : *Kyung kyung* (Menggelengkan kepala)
Ares : "Sudah ku duga, kamu bahkan lebih brengsek dari pada aku!"
*Bhuak* (Menonjok Rhein)
Rhein : "Akh!"
Aren : "Ares, berhentilah memukul Rhein!"
Rhein : "Kamu. . . (Geram) Aku benar - benar akan membunuhmu!" (Mau memukul Ares)
Aren : "Aaaakh. Rhein, tenanglah! Kenapa kalian berdua jadi berkelahi? (Menahan Rhein) Airi, jangan diam saja! Tolong, tenangkan Ares. . ."
Airi : (Melihat Rhein dengan tatapan tidak suka)
Aren : "Airi. . . (Memelas) Aku mohon!"
Ares : "Aren. . ."
Aren : "Y. . . Ya?"
Ares : "Kamu sendiri apa yang kamu lakukan di sini, hah?"
Aren : "Ha? Aku?"
Ares : "Kamu diam saja saat seorang gadis dilecehkan di depan matamu? Kamu ini laki - laki atau bukan?"
Aren + Rhein : "Eh?"
 *Zruuuung* (Mendadak senyap)
Ares :"Cih, kenapa kamu diam saja?"
Aren : "😅 A. . . (Tersenyum canggung) Ares, berhentilah bertanya yang tidak perlu!"
Airi : "😍 Areeeees (Mata berbinar - binar) Kamu memang jeniuuuuus! Sebenarnya. . ."
Rhein : (Mendelik sinis ke arah Airi)
Airi : "Sebenarnya mereka berdua. . ."
Aren : "A. . . Airi. . ." (Gelagapan)
*ADA APA INI?*
Airi + Aren + Ares + Rhein : "!!!" (Melihat ke arah asal suara)
Aren : "Yuya sensei, syukurlah karena sensei datang di waktu yang tepat!" (Bernapas lega)
Ares : "Kenapa kamu malah bernapas lega seperti itu, sich?" (Kesal)
Airi : "Gawat! Kami semua bisa dihukum Yuya Sensei karena ketahuan bolos. . ."
Yuya : "😊 Kalian semua. . . (Tersenyum manis) Membolos hanya untuk berkelahi?"
Aren : "Ti. . . Tidak, sensei! Kami tidak bolos, kami hanya. . ."
Airi : ". . ."
Aren : "Kalian bertiga jangan diam saja! Katakan sesuatu"
Airi : "Huweeeee, Yuya sensei. Diriku yang tidak berdaya ini dilecehkan oleh dia yang berwajah jahat!" (Menunjuk Rhein)
Rhein : *Ctik*
Yuya : "Dilecehkan?"
Aren : "😨 Sensei. . . (Panik) Itu tidak benar! Rhein tidak. . ."
Ares : "Itu benar, sensei! Aku melihatnya berusaha melecehkan Airi. . ."
Aren : "Ares, (Panik) Kenapa kamu malah bicara seperti itu?"
Ares : "😒 Dan manusia satu ini malah tidak berbuat apa - apa. . ." (Menunjuk Aren)
Aren : "Areeeees. Jangan mengatakan sesuatu yang berbahaya!!!"
Yuya : "Jadi begitu, ya?" (Tersenyum dengan hawa horor)
Aren + Rhein : "Glekh!"
Yuya : "KALIAN BERDUA, KE RUANG BP SEKARANG!!!"
Aren : "Baik!" (Lemas)
Airi : (Tersenyum aneh)
Ares : (Melihat Rhein dengan tatapan sinis)
Rhein : "Ck!"

*UKS*
Airi : "💢 Grrt (Menggigit bantal) Setiap kali bertemu dengan makhluk hidup yang bernama Rhein Yamazakura, aku selalu saja sial! Dan ciuman pertamaku. . . (Nelangsa) 😖 Kenapa harus berakhir mengenaskan dengan orang yang paling ku benci sejagat raya? Ini benar - benar kutukan yang tidak berkesudahan. . ." (Tengkurap di ranjang)
*Grak* (Pintu terbuka)
Chika : "Airi. . ."
Airi : "Chikaaa. . . (Menangis terharu) Kamu datang menjengukku! Terima kasih. . ."
Chika: "Kamu tidak apa - apa?"
Airi : *Zruuung* (Aura mendadak suram)
Chika : "Jadi, benar kalau Yamazakura  mencoba untuk melecehkanmu?"
Airi : "Sudah ku bilang, kan, kalau dia itu bukan pangeran! 💨 Mana ada pangeran yang mesum seperti itu. Untung saja Ares datang tepat waktu!"
Chika : "Shirazaki's Devil yang menolongmu?"
Airi : "😁 Yup. . . (Mengangguk sambil tersenyum puas) Ares menonjok wajah Rhein Yamazakura sebanyak dua kali! Akhirnya dendamku terbalaskan. . ."
Chika : "Airi, kenapa kamu tidak menyukai Shirazaki's Devil saja, sich?"
Airi : "Kenapa lagi - lagi kamu menanyakan hal itu?"
Chika : "Selama ini yang selalu melindungi dan menolongmu Shirazaki's Devil, kan? Apa di matamu dia masih tidak terlihat seperti pangeran?"
Airi : "Eh?"
Chika : "Dari pada Shirazaki's Angel, sepertinya Shirazaki's Devil-lah yang lebih mampu untuk menjaga dan melindungimu!"
Airi : "!!! . . . Itu benar (Tiba - tiba tersenyum lebar) 😀 Aku bisa meminta perlindungan Ares. . ."

*Gedung Olahraga*
Rhein : "Ini benar - benar menyebalkan! (Membawa banyak bola dengan raut kesal dan tidak ikhlas) Kenapa kita harus bersusah payah membersihkan gedung olahraga?"
Aren : "😅 Itu karena kita sedang dihukum, Rhein!" (Tersenyum sambil terus mengepel lantai)
Rhein : "💢 Kenapa kamu malah membenarkan kalau aku mencium si rambut gulali itu?"
Aren : "Lalu, kamu ingin aku mengatakan apa? Mengatakan yang sebenarnya kalau kita di atap untuk bermesraan?"
Rhein : "Lalu, kenapa kamu tidak membiarkanku memukul wajah manusia brengsek tadi?" (Makin jengkel)
Aren : "Mau bagaimana lagi. 😶 Manusia yang kamu sebut brengsek itu saudara kembarku! Memukul wajahnya sama saja kamu melukai wajahku. . ."
Rhein : "Dia sudah memukul wajahku dua kali (Geram) Aku bersumpah, akan membunuhnya!"
Aren : "Dia saudara kembarku, Rhein! Kamu tidak boleh membunuhnya. . ."
Rhein : "Aku benar - benar membencinya. Lagipula, apa urusannya kalau aku memang melecehkan seorang gadis? Playboy sepertinya pasti sudah melakukan hal yang lebih parah daripada aku, kan?"
Aren : "Tapi, Ares dan Airi dari dulu memang dekat! Wajar saja kalau Ares marah besar melihat adegan di atap tadi. . ."
Rhein : "Wajar? (Sinis) Reaksinya itu seperti seseorang yang melihat gadis yang disukainya dicium oleh orang lain tepat di depan matanya. . ."
Aren : "Maksudmu Ares menyukai Airi? Mana mungkin. . ."
Rhein : "Hm. . . (Menyeringai) Sepertinya aku tahu cara untuk membalas perlakuan saudara kembarmu sekaligus menutup mulut si rambut gulali!"
Aren : "Rhein, sebenarnya apa yang kamu rencanakan?

*UKS*
Chika : "Apa maksudmu dengan ingin minta perlindungan Shirazaki's Devil?"
Airi : "✨ Kalau seperti ini, tidak ada lagi yang harus kutakutkan! (Berbinar - binar) Aku bisa mengatakan yang sebenarnya. . ."
Chika : "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"
Ares : "Airi, kau baik - baik saja?"
Airi : "Areeees, kamu datang menjengukku? Kamu baik sekaliiii!!!"
Ares : "Aku datang hanya untuk mengantarkan bukumu yang tertinggal di atap!" (Memegang buku)
Airi : "Buku kesayanganku. . ." (Mengambil buku yang tadi dipegang Ares)
Chika : "🙄 Apa Airi benar - benar tidak menyukai Shirazaki's Devil? Dia bahkan lebih dekat dengan Shirazaki's Devil daripada Shirazaki's Angel?"
Ares : "Sepertinya kalian ingin membicarakan hal yang penting. Lebih baik aku pergi sekarang!" (Mau pergi)
Airi : "Areeees. . ."
*Grep* (Menarik tangan Ares)
Ares : "Akh!"
Airi : "Ares juga boleh dengar, kok! Jadi, di sini saja. . ."
Chika : "😓 Aku yakin. Pasti ada sesuatu di antara kedua orang ini! Mereka berdua terlalu akrap kalau hanya sebagai teman . ." 
Ares : "Jadi, apa yang ingin kamu katakan?"
Airi : "Sebenarnya. . ."
Rhein : "Aku dan dia pacaran!!!" (Tiba - tiba datang dan menunjuk ke arah Airi)



TO BE CONTINUED

 _Cherry Sakura_

Post a Comment