Sanjay Leela Bhansali, untuk penggemar dan penikmat film Bollywood seharusnya  sudah tidak asing dengan nama salah satu Sineas terkenal asal tanah Hindustan ini. Dari tangan dingin seorang Sanjay Leela Bhansali, beberapa maha karya yang tak terlupakan terlahir dengan begitu apiknya. Sebut saja film 'Hum Dil De Chuke Sanam, Devdas, Black, Bajirao Mastani dan Padmavaat'. 

Dulu, ketika menikmati film Bollywood bisa dikatakan aku hanya sekedar menikmati akting dari para aktor dan aktrisnya yang rupawan, mengikuti jalan cerita dan kemudian terhanyut dengan lagu - lagunya yang sangat romantis. Selebihnya tak ada lagi yang menarik perhatianku. Aku tak peduli siapa saja orang - orang dibalik film tersebut. Tak juga pernah mencari tahu siapa sutradaranya ataupun playback singernya.

Tapi, seiring berjalannya waktu dan diiringi seringnya aku menonton film Bollywood, sadar tak sadar mau tak mau aku mulai tergelitik untuk tahu siapa orang dibalik maha karya tersebut. Ketika menonton beberapa film, terkadang aku melihat ada semacam persamaan dan ciri khas yang saling terkait antara satu film dengan film yang lain. Kekhasan yang teramat kentara seolah film itu memang dikelola oleh satu tangan.

Seperti pertama kali menonton film Bajirao Mastani, disaat itu juga otakku akan langsung teringat pada film Devdas yang sudah release beberapa tahun sebelumnya.  Entah kenapa ketika menonton film Bajirao Mastani, aku merasakan atmosfer yang sama dengan saat aku menikmati film Devdas. Dan setelah aku melihat nama orang dibalik layar tersebut, mengertilah aku kenapa aku selalu merasakan atmosfer yang sama ketika menonton Devdas, Saawariya ataupun Bajirao Mastani.

Ya, Sanjay Leela Bhansali-lah orangnya. Dari tangannya film - film sarat airmata itu terlahir. Jika diperhatikan, hampir semua film yang disutradarai Sanjay Leela Bhansali terlihat sangat estetik. Bicara tentang film Bollywood, hampir semua film Bollywood menampilkan pemandangan indah yang selalu membuatku berdecak kagum. Jarang sekali menemukan film Bollywood yang tidak indah. Bahkan saking indahnya visualisasi dan sinematografinya, aku terkadang seperti melihat negeri antah berantah dimana pemandangan indah itu hanya ada dalam dongeng.

Tapi, khusus film - film karya Sanjay Leela Bhansali, keindahan yang disajikannya itu berbeda dengan film Bollywood kebanyakan. Sangat estetik sekaligus klasik, seolah aku sedang berada di dalam sebuah museum yang dipenuhi barang - barang antik. Itu terlihat jelas di film - film besutan Sanjay. Keindahan seperti itu hanya bisa dilihat dan hanya milik Sanjay Leela Bhansali. Tak bisa ditemukan di film - film karya sutradara lain. 

Satu hal lagi yang menjadi ciri khas dari film karya Sanjay Leela Bhansali selain keindahan yang klasik, yakni kisah cinta yang sad ending. Aku menyimpulkan hal tersebut karena di setiap film yang ku tonton, endingnya selalu sukses membuatku merana dan menangis. Jadi sebelum menonton film dimana nama Sanjay Leela Bhansali tertulis, sebaiknya terlebih dulu menata hati agar kuat dan jangan berharap muluk bisa menemukan kisah cinta yang indah dan happy ending ala Karan Johar.

Rasa sakit dan terluka memang lebih dominan di setiap film karya Sanjay. Dulu saking merana dan tersiksa dengan alur film Devdas, aku tak pernah mau lagi untuk menonton ulang film tersebut. Cukup sekali saja aku mewek - mewek karena ending menyiksa dimana Paro dan Devdas pada akhirnya tak pernah bisa bersama. Sampai sekarang saja, aku masih suka menitikkan air mata melihat ending mengenaskan film tersebut. 

Sebenarnya sebelum era Devdas, di Hum Dil De Chuke Sanam pun Sanjay Leela Bhansali tak pernah berbaik hati menyatukan sepasang pecinta yang saling mencintai. Dan setelah ku perhatikan, 😅 Pak Sanjay masih saja konsisten menampilkan kisah cinta sarat luka dan airmata sampai sekarang. Hum Dil De Chuke Sanam, Devdas, Saawariya, Bajirao Mastani, Ram Leela dan Padmavaat. Film tersebut semuanya tentang cinta, tapi, bukan cinta yang membahagiakan. Semuanya penuh luka, bahkan ambisi yang mematikan.

Dan kekhasan lain dari film Sanjay Leela Bhansali adalah karakter tokoh utama pria yang selalu cacat. Cacat yang ku maksud bukan tentang fisik melainkan karakter dan sifat. 😅 Aku tak pernah bisa jatuh hati pada karakter utama pria di film - film tersebut. Mereka semua adalah pecinta sejati, tetapi rata - rata menjadi pecinta yang gagal dan kalah. Mulai dari Devdas yang pengecut, Bajirao yang egois, Raj yang terlalu lemah dan Alauddin yang bengis. Aku tak pernah menyukai cara para tokoh utama pria ini mencintai. Menurutku mereka mencintai dengan cara yang pincang. Mencintai, tapi, di sisi yang lain menyakiti.

Kebalikan dari para tokoh pria dalam setiap film besutan Sanjay Leela Bhansali, karakter wanita selalu diibaratkan bak malaikat yang susah untuk dibenci. Aku sangat menyukai dengan cara tokoh wanita mencintai. Seperti Chandramukhi dalam film Devdas, Kashibai dalam film Bajirao Mastani dan Gulabji dalam film Saawariya. Mereka mencintai dengan begitu tulus, bahkan walaupun mereka tidak menerima balasan atas cinta suci mereka.

Kisah cinta dalam film yang disutradarai Sanjay Leela Bhansali memang kebanyakan berakhir dengan tragedi. Jadi sebelum menonton film - film karyanya sebaiknya menyediakan sekotak tissue. 🤣🤣🤣 Itu adalah salah satu hal yang ku pelajari setelah menyaksikan sekian banyak film SLB. Pemandangannya memang luar biasa cantik dan indah, tapi, kisah cintanya ibarat kita sedang mengiris bawang merah sepanjang film berjalan. Pedih!!!

Walaupun kisah cinta yang diangkat selalu sad ending, tapi, menurutku hal tersebut masih logis. Dalam kehidupan nyata, mencintai memang terkadang seberat itu, bukan? Sakit, merana dan patah hati.  Melalui film - film besutan SLB kita akan menemukan begitu banyak kisah cinta ala Romeo Juliet. Cinta yang tak manis, cinta yang membawa tangis. Itulah yang akan kita temukan di film SLB.

_Cherry Sakura_




Post a Comment