안녕하세요..

Setelah di postingan sebelumn ya di Jonghyun SHINee - Depresi dan Bunuh Diri di Korea (Part.1)
saya menitik beratkan bahasan tentang perasaan, kepribadian maupun hal-hal yang dilakukan orang yang depresi dilihat dari tindakan-tindakan salah satu pengidapnya yang memilih jalan tragis yaitu Jonghyun SHINee. Kali ini saya ingin menuliskan beberapa fakta tentang orang-orang Korea, kebiasaan dan sosialitanya yang mungkin orang di Korea banyak tekanan, tidak bahagia hingga akhirnya depresi.

Sebelum saya jelaskan poin-poinnya, terlebih dahulu saya akan menjabarkan fakta yang saya dapat dari situs berita di Korea.

1. Korea negara dengan angka bunuh diri No. 1 di dunia.
2. Secara statistik tingkat kebahagiaan warga Korea rendah dibanding negara lain.
3. Dari data mulai tahun 1983, tercatat 3471 orang bunuh diri dalam setahun sampai kemudian menanjak di tahun 1998, sebanyak 8622 orang bunuh diri. Mulai 2003 angka sudah menanjak sampai 10.898 orang, data terakhir sampai di tahun 2015 terus meningkat sampai 13.500, rekor tertinggi kasus bunuh diri adalah di tahun 2011 sebanyak 15.906 orang.
4. Kebanyakan yang bunuh diri adalah anak muda. Dulu banyak orang tua sampai usia 60 tahun yang bunuh diri juga, tapi sekarang angkanya mulai menurun, tapi untuk anak-anak mudanya makin parah.

5. Penyebab secara secara statistik adalah sebagai berikut :




Dari yang paling rendah :
7.1% - Dikucilkan teman.
12.5% - Merasa sendiri, Kesepian.
16.7 - Masalah Ekonomi.
16.9% - Masalah Keluarga.
39.2% - Nilai sekolah, Masuk Univ.

6. Ada berita mengungkapkan, semakin negara itu maju semakin tinggi tingkat bunuh diri, karena dah bingung apalagi yang mau dicapai (wah).

Sementara apa yang kulihat dari orang Korea adalah sebagai berikut :


Budaya Cepat-Cepat (빨리 빨리 문화)

Iklan yg mnggmbarkn gmn org Korea maunya cepat'', nunggu mie lemes aja ogah
Tahu kan kalau orang Korea punya budaya cepat-cepat, bahkan istilah '빨리 빨리 문화' memang ada di Korea, karena itu bukan kita saja yang melihat sebagai orang asing, mereka pun mengakui mereka punya watak yang sangat tergesa-gesa (급한 성격). Makanya kalau semua pekerjaan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan mereka cepat sekali naik pitam, alias temperamen (성질), bukan rahasia lagi kalau kerja di perusahaan Korea maka kita harus terbiasa dengan bentakan-bentakan dan desakan-desakan untuk cepat menyelesaikan pekerjaan. Dilihat dari sopir bis/ taksinya (kecuali beberapa banyak sopir bis di Seoul yang selalu menyapa 'Annyong Haseyo penumpang yang naik), para pedagang saja mungkin kalian akan bisa merasakan betapa tergesa-gesa dan nggak sabarannya mereka. Kita yang terbiasa dengan busaya sante ini mikirnya aja sudah nyesek kan?

Sebenarnya ini juga ada latar belakangnya. Mereka hidup di negara yang tidak kaya sumber daya alam (SDA) jadi mereka mengandalkan SDM (sumber daya manusia) untuk membangun negaranya. Mengagumkan sih ya, lihat saja negara mereka jadi negara maju sekarang (meski beberapa orang Korea mengatakan bahwa Korea masih belum bisa dikatakan sebagai negara maju).

Jadi dengan budaya seperti itu juga sangat memicu orang merasakan stress ketika bekerja atau berkegiatan. Karena rekan atau atasan akan terus menekan dan menuntut dia menjalankan tugasnya secepat mungkin. Pernah saya bahas juga sebelumnya, beberapa orang Korea bahkan sudah marah-marah dengan keterlambatan beberapa menit saja.

Gila Kerja (일 중독자)

Ini sudah jadi rahasia umum. Mungkin ini sedikit lebih ekstrem tingkatannya dari sekedar workaholic. Sebelas dua belas sama Jepang, Korea juga punya habit luar biasa soal kerjaan. Ada yang memang karena tuntutan kantor, ada yang karena ambisinya sendiri.

Orang-orang Korea yang aku kenalpun begitu. Sampai ada yang telinganya berdarah karena stress sama pekerjaan, dia masih muda, berusia dua tahun di bawahku, tapi kerjanya sampai tengah malam dan lembur juga sampai jam tiga pagi di rumah, besoknya jam 8 udah harus di kantor lagi, ada juga yang tingkat kelelahannya 8 (kalo sampe 10 bakal meninggal) bahkan waktu untuk ke kamar mandi aja serasa nggak ada apalagi makan, ada pula yang Senin - Minggu, hari besar, hari raya diapun kerja terus.


Tapi...


Kurang Piknik (재미로 살지 않다)


Terkadang aku merasa mereka kurang piknik. Mungkin sih pikniknya orang Korea langsung yang luxurious ke Paris, Inggris, Amerika misal, maklum penghasilan mereka gede banget. Tapi sebenarnya bukan piknik yang seperti yang bisa mereduce ke stressan iya kan? Karena kan wisata seperti itu nggak mungkin dilakukan sering-sering, diluar soal dana, itukan butuh perencanaan dan waktu yang panjang. Jadi yah cukup sekali seminggu wisata ke dalam kota atau luar kota lah. Ada cuti ya ambil cuti dua hari atau lebih nggak kerja dan jalan-jalan sekitar Korea aja.

Kenapa aku bilang gitu? Ya pasti ada lah orang Korea yang doyan wisata sekitar kota, tapi menurut pendapatku nih ya. Mereka kebanyakan lebih sukanya ke kafe atau 술집 (warung alkohol/soju) mereka melepas stress nya dengan minum-minum jadi pikniknya kurang sehat dan kurang menyenangkan.

Sementara fasilitas umum macam taman-taman kebanyakan nggak begitu rame kalau di bandingkan di Indonesia yang cuma alun-alun aja udah berjubel, sementara di Korea selama aku telusuri banyak tempat bagus yang mubazir. Selama bukan destinasi wisata yang mainstream atau dikenal di mata internasional sering nampak sepi, tempat-tempat untuk hiburan penduduk sekitar sebenarnya banyak, tapi nggak banyak orang yang berminat, yang seneng sih aku, kalo selfie jadi bebas, berasa menguasai tempat sendiri. huahahaha.

Jadi nih ya.. banyak orang Korea yang libur nasional tetap kerja, hari libur kerja masih juga kerja. Aku bingung, terus dia cari uang sebenarnya buat apa sih? Waktu kumpul sama keluarga nggak ada apalagi kumpul jalan-jalan. Work hard, play hard lah... Kayak orang Indo gitu, atau kadang Work not to hard but pplay hard, hahaha. 'Hati senang walaupun tak punya uang.'

Individualis (개인주의)

Masalah individualis ini juga sih aku rasa penyebabnya karena kesibukan mereka juga. Sebenarnya orang Korea itu baik kok guys. Selama ada kesempatan bicara sama mereka, mereka yah termasuk baik dan ramah, sifat dasar manusia yang nggak jahat lah (apaan sih). Mmm... agak membingungkan juga sih, kita emang nggak bisa menjudge mereka semua sama. Tapi orang Korea memang punya watak yang cuek, apalagi kalau 'lo dan gue nggak ada urusan'. Intinya nggak ada hubungan antara individualis sama baik nggaknya ya...

Kalau boleh saya simpulkan 'orang Korea itu baik, tapi nggak gampang akrab sama mereka.'.
Ketika aku ditanya orang Korea tentang orang Korea, begitu jawabanku dan mereka membenarkan.

Kegalauan anak-anak mahasiswa asing disini adalah, udah sekolah dan tinggal di Korea, pingin lancar bahasa Korea tapi nggak bisa, karena nggak punya teman Korea. Gimana bisa? Sekolah di Korea tapi nggak punya teman Korea, aku juga sempat merasakan itu. Kalau kenalan sama mereka, mereka baik sih, tapi ya udah sebatas itu nggak bisa lebih akrab lagi.

Salah satu temanku yang sekolah di universitas di Seoul ku tanya, "Apa kegiatanmu selain kuliah?" dan dia jawab, "Nggak ada mbak. Ya cuma di kamar, wong aku nggak ada teman disini." wewww...

Kemudian teman Cina dan Eropa kupun mengaku satu kamar dengan orang Korea di asrama dan mereka... hampir nggak pernah bicara kecuali perkara kecil dengan tempo sesingkat-singkatnya. hahaha

Ternyata banyak banget anak-anak mahasiswa asing di Korea yang merasakan itu. Barusan ada kabar juga dari salah satu Universitas di Seoul, ada mahasiswi asing yang mau bunuh diri karena nggak punya teman di kampusnya, byuhh...

Nah, itu sih antara orang Korea dan orang asing ya, kalau antara orang Korea dan orang Korea sebenarnya juga nggak seberapa paham, tapi yang beberapa kali aku lihat.

Beberapa orang yang sibuk bekerja sebagai pedagang di mall misal. Mallnya buka jam Selasa - Minggu, Senin libur, tapi Senin tetap kerja di luar mall. Ada libur Chuseok yang notabene hari raya mereka, pun nggak mau ngelibur, pulang bentar eh kerja lagi, libur lunar year juga tetap kerja.

Katanya punya keluarga tapi keluarganya nggak sekalipun datang mengunjungi dia di mall itu, coba orang Indonesia pasti sering lah di datangi ada keluarga yang harus sibuk kerja di luar kota (yang cuma jarak 1,5 jam doank dari rumah).

Orang sini emang nggak suka basa-basi, meski sering ketemu jarang banget ngepoin, gak kayak kita meski nggak kenal dan pertama kali bertemu dan sebelahan, bisa jadi kenal dan ngobrol sana-sini, disini mah jarang banget ketemu yang gitu, Mereka nggak terlalu peduli dan tertarik sama orang lain apalagi mengakrabkan diri lebih dulu. Kalau bukan kita yang mendekatkan diri, mustahil dapat teman, itu kata dosenku.

Temperamen

Seperti yang sudah aku ceritain ya, dan masih ada hubungannya dengan penyebab budaya cepat-cepat mereka, orang Korea itu nggak sungkan-sungkan ngeluarin marahnya, raut muka masam, suara tinggi dan kerasnya, yang masalah seringnya cuma terjadi pada perkara kecil aja. Siapa bahagia lihat itu tiap hari?

Misal...

Kita mau naik bis tapi raba-raba saku dulu nyari dompet, nggak langsung nge'pip' in kartunya udah pasti dah dengan suara lantang, miniman mimik muka marah mereka akan ngedumel. Mau naik taksi tapi masih ngapain bentar aja, pokoknya nggak langsung mereka akan bilang 'mau naik nggak sih??!'

Terus kita mau beli baju tapi mau lihat-lihat dulu, jadi pas dia maksa beli kita bilang, "Bentar, lihat-lihat dulu." dan dia bilang , "Nggak usah lihat-lihat!!!!" Glek...

'Ini berapa?'
'10 ribu won.'
'8 ribu won nggak boleh...' (belum selesai ngomong barangnya di ambil paksa sama pembeli tanpa dia berbabibu)

Ada bis umum yang datang terlambat karena macet, ajumma yang naik marah-marah, 'Kok terlambat sih?' si ajussi ngamuk balik, 'Lah macet mau gimana.'

Kalau masih terlihat biasa aja. Ingat, bayangkan itu semua diucapkan dengan nada tinggi dan suara keras ya. Padahal masalahnya ya biasa aja. Paling kalau orang Indonesia cuma ngedumel dikit lah atau tanya baik-baik dengan hati gemes-gemes, wkwkwkwk.

Nah itu sih cuma pengalaman lewat sekilas aja, nggak bakal bikin depresi lah. Beda lagi sama anak-anak Korea yang mungkin menghadapi sifat macam ini setiap saat, Kabarnya murid-murid di Korea juga sering mendapat perkataan kasar dari gurunya kalau mereka punya salah. Mungkin yang hobi nonton drama bakal tahu lah gimana cara orang tua atau guru bentakin muridnya, atau yah di drama pasti seringlah lihat gimana orang Korea marah-marah. Nggak tahu persis sama atau nggak di sekolah dengan scene di drama, yang jelas ada banyak kasus murid bunuh diri karena nggak tahan sama cacian gurunya sendiri. Hufffttt...

Banyak Stereotype  (고정 관념)

Kuliah harus di Yonsei Univ, SNU, atau Korea Univ lah...
Kerja harus di Samsung, LG lah...
Kalau nikah, suami harus sudah punya apartment dan mobil lah...
Itu baru 'manusia'..

Kasarannya gitu ya... Banyak yang cuek sih mau kuliah atau kerja dimana juga, tapi bukan rahasia lah kalau orang Korea ambisinya besar, kalau keinginannya belum sampai puncak, belum mencapai sesuatu yang the best dan popular ya nggak bakal puas juga. Pikiran-pikiran seperti ini lah yang bikin mereka tertekan dan stress. Padahal kerja part time aja bisa hidup loh di Korea, atau ya kerja yang biasa aja meski bukan perusahaan gede, tapi ya karena tuntutan tahta, harta dan strata sih mungkin...

Tidak beragama (무시론자)

Oke, bukan bermaksud SARA karena itu adalah suka-suka mereka. Korea dengan jumlah hampir separuh populasi tidak beragama alias atheis, 40%, dan bagi kita yang terbiasa hidup dengan agama, seharus tahu bagaimana bingungnya hidup tanpa agama.

Masalahnya lagi, kebanyakan mereka punya kepercayaan yang tentang 'kehidupan selanjutnya.
Pasti sering dengar kan di drama sering dalam dialog mereka berkata 'Semoga di kehidupan selanjutnya kamu jadi orang yang lebih..... (bla bla).' atau 'Dulu kamu hidup sebagai apa sih di dunia yang sebelumnya...'

Nah, aku nggak yakin ini ajaran agama apa disini, yang jelas hampir semua orang Korea percaya bahwa yang mati akan lahir kembai jadi sosok lain di masa depan, jadi bunuh diripun nggak masalah,karena nanti kedepannya akan hidup jadi orang lain lagi.

Dan tanpa agama pula mereka mulai kebingungan ketika sudah di titik puncak harus bagaimana dan mulai mempertanyakan 'kenapa kita hidup'.


Hubungan Senior - Junior (선후배 관계) 

Ini juga salah satu penyebab pemuda di Korea stress dan tertekan yang diungkap di berita. Tahu kan kalau di Korea ada Sunbae-Hubae sindrom. Kalau mau dibandingkan di negara kita paling mirip sama suasana pas ospek gitu, tapi kebanyakan setelah itu ya udah biasa aja.

Tapi disini harus berlanjut, kalau kamu hubae dan nggak salam atau membungkukkan badan misal, habisss... sikaaat...

Kadang masih nggak percaya sih, karena kalau aku yang sekolah di universitas nggak gitu-gitu amat. Kemungkinan sih ini terjadi di sekolah-sekolah macam SMP, SMA, mengingat lebih banyak anak muda yang bunuh diri, dan banyak berota-berita pembullyan juga yang paling terakhir terjadi di Busan beberapa bulan lalu.



Kurang Menerima Perbedaan

Di Korea itu orang asing udah banyak banget tapi nggak tahu kenapa terkadang mereka masih belum bisa menerima perbedaan dengan lapang dada(?). Kalau aku ya Alhamdulillahnya nggak pernah kena diskriminasi atau bagaimana, tapi memang sih merasa kalau mereka masih banyak yang terkungkung dengan pemikiran 'Korea' mereka.

Misal nih ya, ada anak 'blasteran' bapaknya orang Korea, ibunya bukan, kasus anak seperti itu di bully dan di kucilkan banyak banget loh. Tahu kan cerita Somi IOI, yang bapaknya orang bule. Dia  sampai ingin oplas padahal wajahnya udah cantik banget. Bukan masalah cantik atau nggaknya, pokoknya salah satu orang tuanya bukan orang Korea pasti sudah mendapat perlakuan berbeda.

Ada juga cerita artis Vietnam yang ternyata ayah/ibunya adalah orang Korea, secara fisik ya nggak ada perbedaan mencolok sama orang Korea lainnya. Tapi karena dia ketahuan anak orang Vietnam jadi dia di bully dan akhirnya pindah ke Vietnam sampe sekarang jadi artis (karena cantik, tapi meski cantik di bully juga karena bukan full Korean).

Cerita kayak gini bisa dilihat sih di Youtube curhatan anak-anak yang blasteran di Korea. Heran juga sih, seharusnya Korea bisa lebih 'Internasional' yaa... hahaha

**

Sosialita di Korea memang kurang baik sih ya kayaknya, pada sibuk dengan hidupnya sendiri-sendiri, masing-masing ingin menjadi yang paling baik, jadi sikut-sikutan dan semacamnya, gimana nggak stress. Jika hubungan antar manusianya berjalan harmonis, aku rasa semua akan membaik. Kalau aku dengan kenyataan sosialita Korea yang begini nggak gimana-gimana juga sih, karena selain karena biasa sendiri (wkwkwkwk), orang sekitarku termasuk orang yang lumayan baik kok.

Ini nggak bisa disama ratakan pasti banyak juga orang Korea yang punya pemikiran yang berbeda. Akupun berharap semua orang Korea bisa saling peduli sama orang sekitarnya dan nggak terlalu gila kerja karena bahagia itu cukup dengan uang yang memadahi(secukupnya), punya waktu dan orang tercinta. Jiaaahh..

Mungkin sementara itu, ini nulis sambil ngantuk. Maklum kalau ada isi yang rumpang, dan bisa di tambah sewaktu-waktu. Sekian...

Post a Comment