Laptop sudah sedari tadi menyala dan jari jemari sudah bergerak ke sana ke mari menari hanya untuk merangkai kata demi kata. Menit demi menit berlalu menjadi hitungan jam, tapi, aku masih belum juga bisa menemukan kata atau kalimat yang tepat untuk menulis apa yang ingin kutulis. Setiap kata bersileweran di kepala, begitu lancar dan mudah, tapi, segalanya menjadi buntu ketika aku mulai menuangkannya melalui abjad yang sebenarnya sederhana karena hanya terdiri dari huruf A sampai Z. Lagu kesukaan sudah mengalun berkali - kali, tapi, aku masih tidak bisa menemukan kata apa yang pas. Ketik, backspace lalu delete. Ketik, backspace, delete. Hanya itu yang berulang - ulang terjadi dan rasanya benar - benar menyebalkan. 

"Duhai diriku, janganlah kau menyerah". Intinya, hal itu yang saat ini ingin kutulis. Aku ingin menyemangati diriku sendiri. Tak kusangka, merangkai kata untuk menyemangati diri sendiri saja bisa begitu sulit. Bukankah hal seperti itu sebenarnya sepele saja? Aku hanya perlu mengeluarkan beberapa patah kata yang baik dan manis untuk diriku sendiri. Untuk diriku dan bukan orang lain, lalu dimana letak kesulitannya? Mungkin hal seperti itu yang sebenarnya juga terjadi dalam kehidupan sehari - hari. Segalanya mudah, tapi, diri sendirilah yang terkadang membuat segalanya menjadi lebih sulit.

Lelah. Sebenarnya orang sepertiku tidak pantas dan tidak mungkin bisa merasa lelah. Ayolah, hidup bagi seseorang yang selalu berada di zona aman nan nyaman sepertiku tidak mungkin bisa memberi rasa lelah. Dan itulah letak kesalahanku. Huf!!! Oke, sepertinya aku sudah mulai menemukan kata demi kata apa yang cocok untuk memulai apa yang ingin ku tulis. Yup, aku merasa lelah dengan segala kesantaian yang ada dalam hidupku. Kedengarannya aku seperti orang egois yang tidak mensyukuri kesenggangan waktu yang diberikan padaku. Coba pikir, ada berapa banyak orang yang merasa penat dengan kesibukan hariannya dan berharap bisa diberi sedikit waktu senggang untuk sekedar bisa bernapas?

Aku suka hidupku, tapi, terkadang aku tidak menyukai diriku sendiri. Itulah masalahnya!!! Aku kesal karena aku masih menjadi diriku dan masih menjadi bukan siapa - siapa. Aku bahkan berpikir, aku tidak akan mungkin pernah bisa berdiri sama dengan orang lain. Tidakkah kau pikir itu hal yang menyedihkan? Anggap saja aku dan kau keluar melalui pintu yang sama dalam waktu yang bersamaan, tapi, kita berdua tidak pernah sampai di tempat tujuan secara bersama - sama. Kau sudah berjalan begitu jauh di depanku dan aku masih tertinggal begitu jauh dibelakangmu.

Ya, anggap saja seperti itu. Kau telah menemukan banyak hal yang belum bisa kutemui karena aku masih dibelakangmu. Kau telah memiliki sesuatu yang tidak bisa kudapatkan karena aku yang berjalan begitu lambat. Aku hanya mengikutimu dari belakang. Terus berjalan dibelakang dan setelah sekian lama, aku mulai berpikir, "bukankah jauh lebih baik jika aku berhenti dan tidak lagi mengikutimu?". Ku pikir, itu akan menjadi jalan terbaik yang bisa kulakukan. 

Menyerah saja!!! Berhenti saja!!! Jangan membuat diri sendiri menjadi lelah hanya untuk berjalan dibelakang orang lain. Karena apa? Karena berjalan di belakang orang lain tidak akan membuatku bisa mendapatkan apapun. Bukankah itu yang sebenarnya terjadi? Kau yang sudah berjalan didepanku tidak mungkin berbaik hati menyisakan sesuatu yang berharga untuk bisa kuambil? Sebagai orang yang berjalan terlebih dahulu, sudah barang tentu kau pasti akan mengambil apa - apa yang kau temukan. Dan sebagai orang yang berjalan paling belakang, sudah jelas aku tidak akan kebagian apapun. Aku hanya akan terus berjalan sia - sia tanpa hasil.

Karena itulah, aku sempat berpikir untuk berhenti dan berdiri saja di tempat dimana kakiku saat ini berpijak. Toh, terus berjalan juga tidak ada gunanya. Itu hanya akan membuang - buang tenaga, jadi aku putuskan untuk tetap diam dalam waktu yang cukup lama. Aku punya banyak waktu senggang dan segalanya terasa begitu mudah. Aku tidak lagi merasa lelah. Tapi, kenapa aku justru merasa sangat kesepian? Sepi sekali hingga aku merasa tidak dibutuhkan. 

Orang - orang tidak akan melarangku untuk berhenti. Aku bisa tetap diam dan berdiri di tempat perhentian terakhirku. Menikmati waktu tidak terbatas yang kumiliki, menikmati kesenggangan waktu yang bisa membuatku berleha - leha santai karena ini adalah hidupku sendiri. Tapi, aku juga takut jika aku harus menjadi sesuatu yang terlupakan. Kau dan mereka yang telah berjalan begtu jauh tidak akan mungkin sempat menengok ke belakang hanya untuk melihatku. Bahkan jika kau coba untuk memalingkan wajahmu untuk sekedar melihatku, aku yakin, matamu juga tidak akan bisa menemukanku karena jarak kita yang begitu jauh. 

Ya sudahlah, meski penuh dengan keraguan, sebaiknya aku lanjutkan saja perjalananku yang sempat tertunda. Mungkin masih jauh lebih baik jika aku tetap berjalan daripada tetap diam di tempat dan akhirnya malah menjadi sesuatu yang terlupakan seolah tidak pernah ada. Mungkin saja ada satu hal berharga yang luput dari pandanganmu dan tanpa sengaja terlewatkan begitu saja olehmu. Jika aku melihatnya, bahkan jika aku datang paling akhir, aku tetap bisa menjadikannya sebagai milikku, kan?

_Cherry Sakura_







Post a Comment