Maaf, karena aku tak baik. Kata - kata itulah yang ingin ku ucapkan pada kedua malaikat penjagaku. Malaikat penjaga tanpa sayap yang diberikan Tuhan untukku dalam hidup yang sangat tak mudah ini. Tapi, tidak. Itu tidak sulit sama sekali karena Tuhan memberikan dua malaikat yang begitu baik hati sehingga aku sama sekali tidak merasakan betapa sulitnya berjalan di jalan yang bernama kehidupan. Segalanya terlalu mudah bagiku, tak sekalipun aku terjatuh karena kedua tanganku yang selalu digenggam erat oleh keduanya. Aku bahkan tak perlu bersusah payah melangkahkan kaki karena malaikatku seolah membawaku terbang.

Ya, aku terus terbang, bahkan walaupun aku tidak memiliki sayap. Tapi, terbang terlalu tinggi sedikit demi sedikit membuatku lupa kalau tanahlah tempatku berpijak. Aku tak pernah mau menjejakkan kakiku di tanah karena aku yakin kedua malaikatku tak akan pernah melepaskan tanganku. Aku percaya, mereka tidak akan pernah membiarkanku terjatuh karena takut itu akan membuatku terluka. Aku akan terbang di langit selamanya dan menjalani hidup yang mudah. Seperti yang sudah berlalu dan yang akan terlewati. Karena aku adalah putri mereka yang sangat berharga. Karena aku adalah hadiah terindah dalam hidup mereka. Hadiah yang akan selalu mereka jaga.

Mereka adalah malaikatku yang tak akan pernah meninggalkanku. Malaikat yang selalu memberikan dan melakukan yang terbaik untukku sehingga aku tak perlu melakukan apapun lagi. Aku sudah terlalu nyaman dengan semua itu hingga aku melupakan kenyataan kalau malaikatku bisa merasa lelah. Tidak, aku yakin mereka tidak akan pernah merasa lelah untuk menjagaku. Mereka akan menjagaku selamanya. Ya, selamanya. Hingga nanti Tuhan yang menghentikan waktu dan memanggil mereka untuk pulang. 

Tidak, tidak seharusnya Tuhan melakukan itu. Tuhan tidak boleh mengambil malaikat penjagaku karena tanpa mereka aku bukanlah siapa - siapa. Aku bahkan tidak bisa berjalan seorang diri di tanah. Merangkak pun aku tidak mampu. Aku terlalu nyaman berada dalam sebaik - baiknya perlindungan yang pernah ada di muka bumi ini. 

Ah, betapa egoisnya aku. Bagaimana mungkin aku tetap merasa nyaman terbang dengan sayap malaikatku yang semakin merapuh dimakan usia. Aku lupa, kalau malaikatku tak seindah dulu karena keindahannya yang semakin digerus kerasnya hidup. Aku tidak bisa merasakan kehalusan di genggaman tangan malaikatku karena mereka sudah terlalu keras menggenggam tanganku agar aku tidak terjatuh. 

Kukira aku baik. Ya, aku selalu menganggap diriku baik karena aku tidak pernah menyusahkan mereka ketika mereka menggenggam tanganku. Aku hanya diam, terus saja diam tanpa melakukan apapun untuk hidupku. Aku terus mengikuti tiap detik jam dan terus beranggapan akulah yang terbaik. Aku sama sekali tidak menyusahkan malaikatku. Aku telah berhasil menjadi putri kecil yang manis.

Tapi, ketika waktu terus berjalan dan dengan mata kepalaku sendiri aku melihat helai demi helai sayap yang ada pada malaikatku mulai berjatuhan di bumi, disaat itulah aku baru tersadar bahwa aku tidak sebaik yang aku pikirkan. Sayap yang indah itu mulai merapuh karena aku yang terlalu membebaninya. Karena aku tak kunjung bersedia untuk melepaskan tanganku dan memaksa kakiku untuk belajar melangkah. Akulah yang menyebabkan sayap indah itu beterbangan seperti daun yang berguguran di muka bumi.

Hingga akhirnya sayap yang selalu membawaku terbang itu patah dan jatuh di bumi, aku masih tidak bisa melakukan apa - apa. Aku hanya terdiam dan terkejut. Ingin berjalan, tapi, aku tak bisa melangkah. Ingin terbang, tapi, aku tidak punya sayap layaknya malaikat. Lalu, apa yang harus kulakukan? Mungkinkah aku akan mati membusuk di tempat yang sama tanpa bisa melakukan apapun? Aku bukanlah siapa - siapa tanpa malaikat penjagaku dan itu yang membuatku menyesal. Penyesalan yang membuatku ingin lebur bersama hembusan angin.

Ketika kepak sayap itu tak lagi bisa kudengar, hanya menangis yang bisa kulakukan. Tangis penyesalan karena akulah yang membuat sayap itu patah. Karena aku sudah memaksa sayap yang telah lelah untuk terus terbang membawaku ke langit. Seandainya aku bisa melihat, seharusnya aku mengajak malaikatku untuk berhenti sejenak guna mengistirahatkan sayapnya. Seharusnya aku menawarkan diri untuk berjalan di belakang malaikatku sembari mengangkat sayap mereka agar mereka tidak terlalu merasa lelah. Seharusnya akulah yang menjelma menjadi malaikat penjaga mereka ketika mereka sudah merasa lelah untuk terbang.

Tapi, aku bukan malaikat untuk mereka. Aku hanyalah simbol ketidak beruntungan mereka, tapi, tak sekalipun malaikatku mengeluh dengan ketidak beruntungan yang kubawa. Mereka tetap membawaku terbang dengan sayap rapuhnya. Malaikatku tetap membawaku terbang tinggi walaupun pada akhirnya mereka harus kehilangan sayap mereka. Malaikatku terus melindungi ketidak berdayaanku dalam menghadapi dunia dengan mengorbankan apapun yang mereka punya dan mereka sama sekali tidak meminta pamrih atas semua pengorbanan mereka.

Bila waktu bisa berputar, aku ingin mengulang waktu dan menjejakkan kakiku di tanah. Tak apa jika aku harus terjatuh dan terluka, aku akan terus belajar berjalan hingga aku bisa menuju ke tempat yang lebih baik. Bila saja aku terus berjalan selangkah demi selangkah, mungkin aku tidak hanya akan bisa berjalan tapi juga bisa berlari kencang. Ah, seandainya dari dulu aku melakukan hal itu, mungkin sampai sekarang aku masih bisa mendengar kepak sayap itu ada di belakangku. Kepak sayap yang selalu mengawasi setiap langkahku. 

Maaf, karena aku tak baik. Hanya itu yang ingin kuucapkan pada malaikat penjagaku. Maaf, karena sudah mematahkan sayap kalian. Maaf karena sudah membuat kalian tak bisa terbang di angkasa lagi. Bila ada kesempatan, biarkan aku menebus kesalahanku. Biarkan aku membimbing kalian sembari menggenggam tangan kalian mengarungi  hidup ini. Kita akan berjalan kaki bersama - sama, tapi, jika malaikat seperti kalian lelah untuk  berjalan kaki maka naiklah ke punggungku. Aku tahu, malaikat tak seharusnya berjalan di muka bumi karena malaikat ditakdirkan untuk terbang tinggi di angkasa.  Jika kalian tidak keberatan, biarkan aku menggendong kalian sama seperti kalian yang merelakan sayap kalian untuk kunaiki.


Teruntuk Ayah dan Ibu Yang Tak Pernah Lelah Untuk Mengasihi.
Aku Sangat Menyayangi Kalian
SANGAT


_Cherry Sakura_



Post a Comment