Tahukah kau apa yang paling menakutkan di dunia ini? Ya, hanya ada satu kata dan itu adalah MATI. Siapapun pasti akan mati dan celakanya, mati bukanlah sesuatu dimana perjalanan kita akan berakhir. Mati bukanlah akhir dari penderitaan. Bukan akhir, melainkan suatu awal dimana kita akan memulai hidup baru yang abadi. Sesuatu yang sifatnya kekal, selamanya dan tiada akhir.

Jujur, aku takut. Sangat takut untuk mati. Kenapa aku takut? Karena mati bukan hanya sekedar memutuskanku dengan dunia. Tidak, bukan hanya sebatas itu. Tapi, yang aku takutkan adalah akan seperti apa hidupku setelah mati. Akankah aku berbahagia? Akankah aku termasuk golongan mereka yang selamat?

Dan tahukah kau apa yang membuatku paling bersedih? Karena disana aku sama sekali tidak tahu, apakah aku bisa tetap bersama mereka yang aku kasihi? Akankah kami tetap bersama seperti saat kami berada di dunia? Aku takut kami semua akan terlempar ke dalam api neraka. Aku takut di padang Mahsyar nanti aku menjadi orang egois yang hanya akan memikirkan diriku sendiri dan melupakan mereka yang tercinta.

Bila saat itu tiba, aku ingin tetap memegang tangan ayah dan ibu. Ingin tetap bersama mereka. Melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa mereka semua baik - baik saja. Tapi, tidak. Ketika maut menjemput, disaat itu juga aku akan sibuk memikirkan diriku sendiri. Sibuk menyelamatkan diriku yang mungkin saja akan menjadi kayu bakar neraka. Sungguh, itu adalah hal yang paling mengerikan yang pernah ada di dunia ini. Kami berada di dunia yang sama, hidup di dalam satu rumah, tapi, nanti kami akan saling melupakan. 

Tidakkah kau pikir itu menyedihkan? Aku bahkan tak tahu saat berada di dalam kubur yang sempit, akankah yang aku lihat taman surga atau justru tepi neraka? Segalanya menakutkan. Sungguh menakutkan hingga terkadang aku merasa menyesal terlahir ke dunia. Karena aku tahu, aku manusia dan bukan binatang. Binatang yang mati tak perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya, tapi, aku manusia yang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan dan lisanku. 

Aku sadar aku bukanlah orang yang baik. Ada begitu banyak kesalahan yang telah kuperbuat dan aku tak tahu, apakah ada perbuatan baikku yang bisa menyelamatkanku dari siksa kubur? Akupun tak tahu anak seperti apakah aku? Apakah aku akan menjadi anak yang bisa menarik orang tuaku ke surga atau justru mendorongnya ke neraka. 

Bila memikirkan itu, aku sangat iri. Ya, aku iri pada bebatuan, air yang mengalir dan angin yang berhembus. Mereka tak perlu mempertanggungjawabkan apapun. Aku iri pada pepohonan dan sang langit yang tak perlu merasakan sakaratul maut. Mereka tak perlu merasakan sakit dan rasa pedih karena berpisah dengan orang terkasih.

Mati, kenapa kau begitu menakutkan? Kau bukanlah pemutus hubungan, tapi, kau pintu yang akan mengantarkanku ke dalam hidup yang tak pernah kubayangkan. Hidup yang mengharuskanku untuk berjalan seorang diri di jalan yang tak pernah ku lewati. Yang selalu membuatku bertanya 'sanggupkah aku?'.

Aku hanya berharap aku bisa melewati jembatan sirat meski harus tertatih. Berharap mereka yang terkasih sanggup melewatinya tanpa harus terjatuh ke bawah. Ya, aku hanya berharap mati tidak akan membuatku melupakan ayah, ibu dan mereka yang kusayangi. Aku ingin ingatan itu tetap ada dan kami semua termasuk golongan beruntung yang selalu berada dalam lindungan Tuhan. Semoga saja. . .

_Cherry Sakura_

Post a Comment